Pengamat BUMN Herry Gunawan menilai bisnis pariwisata, terutama yang berbentuk pembangunan sirkuit menganut sistem musiman. Artinya, potensi cuan baru diperoleh ketika event berlangsung.
Herry menegaskan biaya investasi untuk membangun KEK Mandalika memang mahal. Oleh karena itu, pengelolanya kudu punya napas panjang berupa modal dengan perhitungan matang sedari awal.
"Pengelolanya gak boleh manja. Harus punya daya tahan, inovatif, dan strategi jangka menengah-panjang. Rugi di awal biasa, yang penting sudah diperhitungkan sejak dini," kata Herry kepada CNNIndonesia.com, Senin (19/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau brand Mandalika sudah kuat, kan peluang pendapatannya juga besar. Tiket, sponsor, hak siar, dll. Bahkan wilayah sekitarnya, terutama pariwisata bisa kena tetesan," imbuhnya.
Ia lantas menyinggung soal PMN Rp1,19 triliun yang dikucurkan pemerintah untuk keberlangsungan KEK Mandalika. Menurutnya, ini adalah sikap tegas pemerintah yang tidak tinggal diam dalam menggarap Mandalika.
Sementara itu, Herry menyebut InJourney bisa mempertimbangkan sumber pembiayaan lain untuk melunasi utang jangka panjang. Dengan catatan, perusahaan pelat merah itu bisa meyakinkan kreditur bahwa segi bisnis KEK Mandalika memang potensial.
Di lain sisi, Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Danang Widoyoko menyebut pihak pengelola Sirkuit Mandalika perlu mengevaluasi jika dirasa gelaran WSBK dan MotoGP seret sponsor. Ia menegaskan strategi marketing dan bisnis plan KEK Mandalika harus ditinjau kembali.
Danang meminta InJourney buka-bukaan soal bisnis plan mereka sedari awal. Pasalnya, memang sulit memimpikan balik modal di tahun-tahun pertama selepas pembangunan.
"Kalau biaya konstruksi, pengembaliannya bakal lama. Tidak otomatis 1-2 tahun akan membawa untung, apalagi itu kawasan baru dan masih terus membutuhkan pengembangan infrastruktur. Artinya belanja untuk pengembangan KEK akan terus dibutuhkan. Biasanya sulit kalau harus mendapatkan untung dalam waktu singkat," tuturnya.
Tak jauh beda, Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus menilai kerugian InJourney adalah hal wajar. Ia menilai pengelola nombok karena belum terbangun ekosistem di kawasan Mandalika.
Menurutnya, membangun ekosistem butuh waktu dan tidak cukup hanya 1-2 tahun. Namun, Achmad menyebut BUMN seharusnya sudah punya kajian kelayakan sebelum pengembangan, di mana kajian tersebut yang menjadi dasar pengembangan Sirkuit Mandalika.
Ia mengatakan perlu dilihat bagaimana kajian kelayakan yang dibuat InJourney di awal. Achmad juga menyoroti soal penyesuaian angka dan pasar sehingga pemerintah berani jor-joran di KEK Mandalika.
Terlepas dari itu, Achmad menyarankan pemerintah mengucurkan sejumlah insentif untuk menarik sponsor dan dukungan besar lain dalam setiap gelaran akbar di Sirkuit Mandalika.
"Jika event tersebut merupakan penugasan pemerintah harusnya perlu diberi insentif. Prinsip penugasan adalah mengerjakan proyek yang tidak fisibel, namun ada misi khusus pemerintah, seperti upaya peningkatan jumlah kunjungan, pertumbuhan ekonomi, mengejar gap infrastruktur, dll," saran Achmad.
Soal drama akuisisi Sirkuit Mandalika oleh Gubernur NTB Zulkieflimansyah, ketiganya kompak menolak. Pasalnya, belum tentu kas daerah mampu menopang pengelolaan Sirkuit Mandalika tersebut.
Alih-alih untung, malah berpotensi memantik masalah baru. Ujung-ujungnya jadi alibi melahirkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) baru, yang pada akhirnya bakal tetap kelabakan mencari suntikan dana untuk mengelola arena balap motor itu.
"Permintaan Gubernur NTB itu gak usah ditanggapi. Nanti malah jadi alasan bikin BUMD baru untuk mengelola. KEK Mandalika harus dikelola secara bisnis. Biarkan BUMN yang urus. Pemda NTB bisa bekerja sama dengan InJourney," tegas Herry Gunawan.
"Saya yakin InJourney sudah memikirkan jangka panjang. Misalnya, kerja sama dengan ITDC, berkolaborasi memberikan inovasi di bidang pariwisata untuk mendukung bisnis InJourney. Jadi tercipta BUMN Incorporated. Ada aliansi strategis," sambungnya.
Senada, Sekjen TII Danang Widoyoko dan Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus menyarankan Pemda NTB berkolaborasi dengan InJourney untuk menggarap KEK Mandalika, termasuk mengurus Pertamina Mandalika International Street Circuit di dalamnya.
"Pengambilalihan aset BUMN oleh Pemda NTB tidak mudah, skemanya mau seperti apa? Bagaimana biaya operation and maintenance-nya? Mending tidak pada isu pengambilalihan, harusnya kolaborasi antara BUMN, pemda, serta pihak lain dalam operasional dan pengembangan Mandalika," tandas Achmad.