Pusat perbelanjaan satu ini punya sejuta nama, salah satunya Pasaraya Grande. Mal yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan ini pernah hits pada masanya.
Meski masih ada aktivitas hilir mudik di kawasan ini, namun itu semua tak didominasi oleh transaksi penjualan produk Pasaraya.
Sejauh mata memandang, keramaian itu dipenuhi oleh para karyawan yang tengah melepas penat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan papan informasi, mal ini dibagi menjadi dua bagian yakni Gedung A dan B.
Gedung pertama menjajakan tas, kosmetik dan parfum, hingga area pameran. Sedangkan Gedung B menyediakan pakaian muslim hingga sejumlah tempat untuk ngopi cantik.
Buah karya dari kain batik banyak tersedia di mal satu ini. Namun, para penjaja tampak tertunduk lesu menanti kehadiran pembeli.
"Silakan batiknya kak, cari apa?" ujar penjual di salah satu toko bersemangat ketika terdengar derap langkah mendekat.
Namun, ada keanehan yang penulis temukan. Ketika dua lantai masih tersedia beberapa buah tangan Pasaraya, lantai ketiga dan keempat tampak gelap gulita. Namun, lantai-lantai di atasnya agak lebih bersinar.
Eskalator menuju lantai tiga juga tak berfungsi, meski ada lift yang digunakan untuk naik ke atas.
Saat menyentuh tombol lift, petugas keamanan memberi tahu bahwa lantai tiga ke atas tak bisa diakses publik dengan mudah.
Sebab, sudut-sudut gedung pencakar langit itu digunakan sebagai kantor e-commerce yang bergerak dalam bisnis logistik yakni Gojek.
"Hanya dua lantai ini saja sekarang yang dipakai Pasaraya. Lantai tiga tidak ada apa-apa. Sisa lantai atasnya sekarang dipakai kantor Gojek," jelas security tersebut.
Lihat Juga : |
Sehari sebelumnya, Selasa (4/7), CNNIndonesia.com juga mengunjungi Mal Blok M. Pusat perbelanjaan di dekat Pasaraya Grande.
'Mal Bawah Tanah' ini sempat jadi kawasan favorit muda-mudi di era 90-an. Namun, semuanya berubah, terutama selepas pandemi covid-19.
Padahal, lokasi pusat perbelanjaan ini cukup strategis karena satu kawasan dengan Terminal Blok M, Jakarta Selatan. Bahkan, akses menuju pusat perbelanjaan ini semakin mudah berkat eksistensi Stasiun MRT Blok M.
Kawasan sekitar Blok M memang masih cukup ramai, khususnya di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, yang menjadi spot favorit anak muda Jakarta menikmati senja. Banyak juga pengunjung yang mampir ke kuliner kaki lima.
Namun, hawa sepi mulai terasa ketika melangkah ke salah satu mal di sana, Blok M Square. Mal yang terdiri dari lantai basement hingga lantai 7 ini menawarkan kesan hening yang beragam.
Ada banyak toko buku, penjahit, penjual obat dan alat kesehatan, hingga jasa percetakan di lantai basement. Akan tetapi, tak lebih dari dua puluh pengunjung mampir di lantai ini. Beberapa penjual tampak sibuk mengemas buku-buku pesanan.
Beranjak ke lantai dasar atau ground, ada macam-macam barang teknik, tekstil, hingga sayur dan buah-buahan. Keriuhan juga tak tampak di lantai ini karena para penjual tampak nyaman bermain ponsel imbas tak ada pelanggan menghampiri.
Hiruk pikuk di lantai upper ground pun sama. Penjual emas, perhiasan, dan optik tampak sepi dan minim transaksi. Wajar jika suara mereka tiba-tiba lantang saat mendengar derap langkah pengunjung.
Secercah harapan tak kalah besar disuarakan pedagang di lantai 1 hingga 7. Seperti Lela, pedagang perlengkapan gadget dan elektronik yang bermarkas di lantai 3A.
Lihat Juga : |
Lela menuturkan banyak rekan sejawatnya yang gulung tikar karena covid-19.
"Kalau sebelum covid-19, biasanya penjualan kami banyak. Misal per hari itu bisa kejual ribuan barang, mulai dari casing HP, powerbank, earphone, banyak deh. Sekarang nembus ratusan saja susah," keluh Lela.
Selain Lela, ada juga Farhan penjual pakaian muslim yang mengaku penjualan tokonya tergerus kehadiran online shop.
Menurutnya, pembeli menjadi malas datang langsung ke toko karena cukup 'bermain jari' saat ingin berbelanja.
Bahkan, Farhan menyebut keberadaan TikTok Shop andil besar terhadap penurunan laba tokonya.
"Dulu orang tua yang pegang, sekarang saya. Saya sekarang generasi kedua hitungannya. Sepi banget sekarang, beda sama dulu. Ini gara-gara covid-19, banyak toko yang tutup juga," jelas Farhan.
"Padahal, toko online tuh cuma jeprat-jepret saja. Mereka kasih foto nih satu yang paling bagus, tapi pas barang sampai, belum tentu sesuai di foto. Istilahnya tipuan kamera gitu," imbuhnya.
Jeritan Lela dan Farhan memang benar adanya. Sepanjang mata memandang di Mal Blok M dan Blok M Square, banyak toko tutup.
Sangking banyaknya, jari tangan tak sanggup lagi menghitung jumlah rolling door toko yang tertutup rapi.
Pada rolling door toko-toko yang gulung tikar tersebut ditempel secarik kertas bertuliskan 'Dijual' atau 'Disewakan', lengkap dengan nomor narahubungnya, mencari 'tuan' baru.