Bos OJK Ungkap Kesenjangan Keuangan di ASEAN
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan kesenjangan mencolok sektor layanan keuangan di ASEAN.
Ia menyebut, dari kesepuluh negara ASEAN, lima di antaranya berhasil menurunkan tingkat eksklusi keuangan di bawah 30 persen, yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Tingginya tingkat eksklusi bisa menjadi cermin kesenjangan layanan keuangan.
"Namun, masih ada 5 negara anggota ASEAN (Kamboja, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam) yang tingkat ekslusi keuangannya lebih tinggi dari 30 persen. Angka tersebut merupakan angka tahun lalu," ungkap Mahendra, dikutip dari detikcom, Kamis (24/8).
"Yang kita lihat akhirnya menimbulkan suatu gap tersendiri di ASEAN, yang mencolok, yang menjadi topik seminar ini adalah bagaimana mengatasi financial inclusion gap di dalam masing-masing negara anggota ASEAN," tambahnya.
Ia menyebut negara ASEAN menargetkan rata-rata eksklusi keuangan turun dari 44 persen menjadi 30 persen. Dengan kata lain, inklusi alias akses layanan keuangan pada masyarakat kota hingga desa bisa menembus 70 persen.
Akan tetapi, target ini masih jauh dari harapan 2025, di mana inklusi keuangan diharapkan bisa mencapai 85 persen. Mahendra lantas mengajak negara ASEAN terus meningkatkan tingkat inklusi keuangan demi memangkas kesenjangan ini.
"Meski kita bisa mencapai target tersebut secara regional, kita masih harus bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Dan di masing-masing negara, kesenjangan yang sama antara masyarakat perkotaan dan masyarakat daerah terpencil pedesaan sama-sama signifikan," tutur Mahendra.
"Secara keseluruhan tingkat eksklusi ASEAN telah menurun secara signifikan antara 2017-2022 dari 46 persen menjadi 22,6 persen. Artinya, sekelompok negara ASEAN sudah jauh melampaui target regional sebesar 30 persen. Itu adalah kabar baik," tandasnya.
(skt/dzu)