Garibaldi alias Boy Thohir adalah kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir. Boy dikenal sebagai raja batu bara hingga tuan tanah.
Ia merupakan Direktur Utama Adaro Group, yakni salah satu eksportir batu bara top di dunia. Dari situlah pundi-pundi uang masuk ke kantong Boy.
Pada akhir 2021 lalu, Presiden Jokowi dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dibuat kaget dengan pemilik tanah untuk kawasan industri hijau di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Ternyata, Boy Thohir pemilik lahan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jujur, kami juga tadinya tidak mengerti siapa yang punya tanah di sini. Setelah kami meninjau ke daerah ini, mengirimkan tim, kami baru menemukan bahwa yang memiliki adalah Boy Thohir," kata Luhut pada akhir Desember 2021 lalu.
Terlepas dari itu, nama Boy Thohir pernah terseret dalam pusaran kasus suap eks Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Rudi Rubiandini senilai US$700 ribu. Namun, Boy tidak pernah diperiksa terkait kasus ini.
Dalam bahan paparan Otorita IKN di Badan Anggaran DPR RI pada Senin (18/9), mereka mencantumkan nama keluarga Soeryadjaya sebagai orang di belakang Astra. Memang, PT Astra International didirikan oleh taipan bernama William Soeryadjaya alias Oom Willem pada 1957 lalu.
Namun, sejatinya keluarga Soeryadjaya sudah bukan lagi pemilik saham pengendali Astra. Ini terjadi imbas kasus anak Oom Willem, yakni Edward Soeryadjaya yang terlilit utang pada krisis moneter lalu.
Anak sulung William itu punya usaha bernama Bank Summa yang menumpuk utang hingga menimbulkan kredit macet Rp1,2 triliun dan utang Rp500 miliar pada 1992. Akhirnya, Bank Summa dilikuidasi pemerintah pada akhir 1992.
Meski masalah terjadi di anak usaha putranya, William turun tangan dan menjual 100 juta saham Astra miliknya demi menolong Edward. Sejak saat itulah nama Soeryadjaya tak lagi bertengger di Astra International, William pun meninggal dunia pada 2010 lalu.
Sementara itu, kasus-kasus Edward tak kunjung usai. Edward dihukum 15 tahun penjara pada 2019 lalu usai terbukti korupsi dana pensiun Pertamina senilai Rp612 miliar.
Teranyar, Edward divonis 2 tahun 9 bulan penjara pada Maret 2023 usai dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dalam kasus ASABRI. Ia juga harus membayar denda Rp300 juta.
Direktur Utama Mulia Group Eka Tjandranegara merupakan bagian dari konsorsium yang membantu Jokowi menggarap IKN. Eka adalah orang di balik sejumlah gedung pencakar langit dan bangunan mewah di Indonesia, seperti Wisma Mulia berlantai 57, Mal Taman Anggrek, hingga Mulia Resort di Bali.
Mulia Group didirikan pada 1970 lalu oleh Eka bersama sang ayah Tjandra Kusuma, adiknya Gunawan Tjandra, dan sang kakak Djoko S Tjandra. Nama yang terakhir cukup fenomenal di tanah air karena buron belasan tahun.
Kakak Eka Tjandranegara itu terjerat kasus korupsi pada 1999 lalu atas pengalihan tagihan piutang Bank Bali dan Bank Umum Nasional Rp789 miliar. Dari pengalihan piutang ini, Djoko diklaim cuan Rp546,1 miliar.
Kawan Lama Group bermula dari toko perkakas berukuran 3x3 meter milik ayah Kuncoro Wibowo, Wong Jin, pada 1955 lalu. Toko perkakas itu dulu eksis di kawasan Glodok, Jakarta Pusat.
Ia pun meneruskan bisnis sang ayah, bahkan mengembangkannya hingga semakmur sekarang. Kuncoro bahkan sukses membuka anak usaha bernama PT Ace Hardware Indonesia, di mana merupakan ritel tunggal Ace Hardware AS.
Apes, Ace Hardware Indonesia tersandung masalah pada beberapa tahun lalu. Utang Rp10 juta kepada Wibowo and Partners membuat perusahaan di bawah Kawan Lama Group itu digugat Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada 2020 dan 2021 lalu.
Ace Hardware Indonesia digugat pailit karena menunggak pembayaran jasa pengacara Wibowo and Partners pada Oktober 2020. Tunggakan tersebut bahkan sudah berlangsung sejak November 2019 lalu.
Sama seperti Prajogo, Djoko Susanto adalah 10 orang terkaya di Indonesia yang ikut membangun IKN. Bos Alfamart Group itu menduduki urutan 8 dengan koleksi harta US$4,3 miliar.
Anak keenam dari sepuluh bersaudara ini disebut hanya mengenyam pendidikan dasar sebelum akhirnya putus sekolah. Sejak kecil, ia sudah diminta mengelola sejumlah warung makan, menjajakan rokok, hingga membuka beberapa toko kelontong.
Mengutip detikcom, Djoko sukses membuka 560 gerai warung kelontong yang tersebar di berbagai pasar tradisional. Keberhasilannya membuat Putera Sampoerna meliriknya untuk bekerja sama pada 1989 dan membuka 15 kios rokok di Jakarta.
Kerja sama berlanjut hingga berdirilah Alfa Toko Gudang Rabat yang merupakan toko grosir yang berlokasi di gudang milik Sampoerna di Jalan Lodan, Jakarta Pusat. Dari sinilah cikal-bakal Alfamart.
Namun, Putera Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris pada 2005 sehingga kerja sama dengan Djoko berakhir. Djoko tetap melanjutkan perjalanan bisnisnya di bawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang sudah punya 19 ribu gerai Alfamart di seluruh Indonesia dan 1.200 lainya di Filipina.
Alfamart Group dijalankan oleh kedua anak Djoko, yakni Presiden Komisaris Feny Djoko Susanto dan Komisaris Budiyanto Djoko Susanto.
Terlepas dari kesuksesan Alfamart di bawah tangan dingin Djoko, perusahaan miliknya sempat tersandung dugaan kasus korupsi ekspor crude palm oil (CPO) untuk minyak goreng. Presiden Direktur Alfamart Anggara Hans Prawira sempat diperiksa Kejagung sebagai saksi kasus tersebut pada 2020 lalu.