ANALISIS

Taji Ekonomi RI di Tengah Perang Israel-Palestina hingga Rusia-Ukraina

CNN Indonesia
Selasa, 10 Okt 2023 07:00 WIB
Ekonom mewanti-wanti dampak gejolak ekonomi kawasan, termasuk perang Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina, terhadap perekonomian Indonesia.
Ekonom mewanti-wanti dampak gejolak ekonomi kawasan, termasuk perang Israel-Palestina dan Rusia-Ukraina, terhadap perekonomian Indonesia. Ilustrasi. (CNN Indonesia / Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Dunia cemas dengan pecahnya perang antara Israel-Palestina. Genderang perang resmi ditabuh usai Israel dihujani ribuan roket serangan Hamas pada Sabtu (7/10).

Mengutip CNN, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah negaranya akan melakukan "balas dendam besar" atas serangan yang dilakukan pasukan Hamas. Ia juga bersiap untuk "perang yang panjang dan sulit".

Pernyataan perang Israel disepakati kabinet hanya beberapa jam usai serangan Hamas. Ini adalah yang pertama kali dideklarasikan dalam 50 tahun terakhir sejak 1973, di mana kala itu terjadi Perang Yom Kippur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perang Yom Kippur berlangsung pada 6 Oktober-26 Oktober 1973. Ini merupakan perang antara Israel dengan negara-negara Arab yang dipimpin oleh Suriah dan Mesir.

Hingga Minggu (8/10), setidaknya 700 orang di Israel tewas dan lebih dari 2.000 jiwa terluka akibat serangan Hamas. Sementara itu, 400 warga Palestina di Gaza tewas terkena serangan balasan Israel via udara yang menyasar wilayah padat penduduk.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai eskalasi Israel-Palestina menambah ketidakpastian ekonomi global. Apalagi, dunia belum benar-benar pulih dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

Yusuf yakin Indonesia tidak akan mengalami dampak langsung dari konflik tersebut. Akan tetapi, ia mewanti-wanti gejolak harga komoditas hingga perubahan harga pangan dunia.

"Untuk konflik Israel-Palestina sebenarnya yang dikhawatirkan adalah ketika ini tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut, namun melibatkan negara-negara terutama di Timur Tengah yang beberapa di antaranya adalah negara produsen minyak," kata Yusuf kepada CNNIndonesia.com, Senin (9/10).

"Artinya ketika negara-negara ini (produsen minyak) terindikasi melibatkan diri pada konflik geopolitik antara Israel dan Palestina, maka ini saya kira bisa berpengaruh terhadap pergerakan harga komoditas minyak, berpotensi akan mengalami kenaikan," imbuhnya.

Meski begitu, Yusuf melihat Indonesia masih punya peluang untuk bertahan di tengah panasnya konflik tersebut. Alasannya, Indonesia dianggap punya pasar domestik yang relatif besar.

Ia menyebut pasar domestik tidak terlalu terpengaruh terhadap kondisi perekonomian global secara langsung. Dengan begitu, perekonomian tanah air masih bisa bergerak atau cenderung aktif dibandingkan negara-negara yang ketergantungan dengan perekonomian global.

"Saya kira kalau konteksnya Indonesia, kita juga sudah melihat di beberapa periode krisis geopolitik sebelumnya dampak ke Indonesia itu sebenarnya tidak langsung dan relatif kecil. Sehingga saya kira menjaga kondisi pasar domestik merupakan hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk tetap kuat di tengah kedua gejolak," jelasnya.

Yusuf pun berpesan agar Pemerintah Indonesia tidak jemawa dan terus berupaya meningkatkan perekonomian dalam negeri. Ia menyarankan beberapa sektor yang perlu digenjot, antara lain industri manufaktur.

Menurutnya, sektor ini adalah salah satu kue Indonesia yang perlu diperhatikan, terutama dalam urusan menjaga pertumbuhan ekonomi. Jika industri manufaktur bisa tetap terjaga di tengah gejolak, maka ekonomi Indonesia akan senantiasa tumbuh.

Ia meramal komponen perekonomian Indonesia juga akan berubah ke depan. Beberapa aspek yang bakal bereaksi terhadap konflik Israel-Palestina, antara lain ekspor, investasi, dan konsumsi masyarakat.

"Misalnya kalau kita bicara ekspor tentu harga dari komoditas global yang meningkat itu berpotensi juga akan ikut mempengaruhi kinerja dari ekspor. Namun, di saat bersamaan terjadi potensi kenaikan harga minyak sehingga nilai impor minyak juga berpengaruh," tutur Yusuf.

"Sementara itu, investasi secara umum sebenarnya tidak akan terlalu berdampak langsung dari kondisi geopolitik. Konsumsi rumah tangga juga akan relatif sama. Artinya, keduanya akan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi dari perekonomian di dalam negeri," sambungnya.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Waspada Harga BBM Naik hingga APBN Jebol

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER