Memiliki rumah sendiri tentu merupakan impian bagi banyak orang, termasuk bagi pasangan pengantin baru.
Namun, harga properti yang kian hari kian mahal menjadi tantangan bagi mereka.
Apalagi jika pendapatan cekak. Pasangan suami istri harus putar otak memilih skema pembiayaan membeli rumah yang tepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa skema pembelian rumah yang tepat bagi pasangan dengan penghasilan di bawah Rp10 juta per bulan?
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Mengembangkan Kekayaan Bagi Pekerja Bergaji Rp6 Juta |
Perencana Keuangan dan Founder Rekadana Rina Dewi Lina mengatakan ada beberapa skema yang bisa dipakai. Setiap skema memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Apa saja skemanya?
Ia mengatakan hal itu boleh-boleh saja dilakukan. Tetapi katanya, tidak tepat bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga.
Karena jika terjadi kredit macet, maka aset orang tuanya yang akan disita. Kalau ini terjadi bisa membuat orang tua menderita.
Skema ini sebenarnya memiliki keuntungan. Karena meminjam ke orang tua tentunya tidak ada beban bunga yang akan ditanggung oleh pasangan muda.
Artinya, bunga yang harusnya mereka gunakan untuk membayar pinjaman, mereka bisa tabung atau gunakan untuk keperluan lain.
Meski demikian, skema ini memiliki nilai minus. Karena meminjam ke orang tua, skema ini bisa menghilangkan kemandirian mereka.
Skema pinjaman kantor juga bisa dimanfaatkan seseorang untuk membeli rumah. Tapi, tidak semua kantor memiliki fasilitas ini.
"Lalu kalau pinjaman kantor, enggak semua kantor memiliki fasilitas memberikan pinjaman pembelian rumah kepada karyawan. Kalau ada tentu baik sekali," katanya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (26/10).
Rina mengatakan skema yang paling tepat bagi pasangan berpenghasilan Rp10 juta adalah mengajukan KPR ke bank dengan cicilan 30 persen dari penghasilan. Jika masih muda, ia menyarankan pasangan mengambil cicilan dengan jangka waktu 20 tahun.
Untuk uang muka atau down payment (DP), pasangan bisa mengambil yang 30 persen sampai 40 persen supaya cicilannya tidak terlalu berat.
"Kalau DP 0 persen boleh-boleh saja. Tapi cicilannya pasti lebih berat," katanya.
Senada , Perencana Keuangan serta konsultan Rekadana Margrita TJ mengatakan salah satu skema yang bisa dipilih adalah Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan cicilan tidak lebih dari 30 persen dan DP-nya sekitar 20 persen hingga 30 persen dari harga rumah.
Selain itu, pasangan perlu memahami semua aspek dalam proses pembelian rumah lainnya, termasuk mencari informasi dan survei ke bank atau lembaga keuangan untuk mendapatkan penawaran yang sesuai dengan budget cicilan Rp3 juta per bulan.
Kemudian, mencari properti yang sesuai dengan anggaran. Jangan lupa untuk mempertimbangkan lokasi, ukuran, fasilitas, dan harga.
"Pastikan untuk melakukan inspeksi menyeluruh terhadap rumah yang akan kalian beli untuk memastikan tidak ada masalah tersembunyi," katanya.
Selain cicilan bulanan, Margrita juga menyarankan pasangan untuk mempertimbangkan biaya tambahan seperti pajak properti, asuransi, biaya pemeliharaan, dan biaya lainnya.
Setelah mengajukan KPR, ia menyarankan pasangan mengelola keuangan dengan bijak agar disiplin membayar cicilan KPR dan biaya-biaya terkait dengan tepat waktu.
"Membeli rumah adalah komitmen jangka panjang, jadi pastikan kamu dan pasangan merencanakan dengan baik dan memastikan bahwa pembelian ini sesuai dengan situasi keuangan kalian. Konsultasikan dengan seorang konsultan keuangan (financial planner) jika diperlukan untuk memastikan kalian membuat keputusan yang tepat dan bijak," katanya.