Bakal calon presiden Koalisi Indonesia untuk Perubahan Anies Baswedan menyebut hilirisasi yang dijalankan oleh pemerintah selama ini belum cukup untuk menggenjot ekonomi dalam negeri.
Hilirisasi katanya perlu diimbangi oleh reindustrialisasi. Hal itu perlu dilakukan agar hilirisasi yang dilakukan bisa mendorong penciptaan lapangan kerja yang besar.
"Hilirisasi tidak usah dihentikan, tapi itu tidak cukup. Harus ada reindustrialisasi yang ini mudah-mudahan akan bisa ciptakan 15 juta lapangan pekerjaan di 5 tahun ke depan," kata Anies dalam Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Rabu (8/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Anies menilai reindustrialisasi bisa mendorong tambahan kas negara. Oleh karena itu, ia ingin konsep yang diusungnya ini bisa direalisasikan jika terpilih menjadi presiden.
Sebelumnya, Juru Bicara Anies Baswedan Thomas Lembong menyatakan konsep reindustrialisasi yang diusung sang bacapres adalah padat karya, bukan padat modal.
Lembong mencontohkan industri mobil listrik yang terkesan 'seksi' dan berteknologi tinggi, tetapi di pabriknya banyak yang dikerjakan robot, bukan manusia.
"Kunci dari visi re-industrialisasi Pak Anies adalah menggeser fokus kita dari sektor industri yang padat modal, ke industri yang padat karya. Pabrik nikel (smelter), pabrik mobil (automotif) dan sebagainya tidak masalah berdiri. Tapi industri ini adalah jenis industri yang padat modal alias capital-intensive dan relatif tidak memperkerjakan banyak orang," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (20/9).
Ia mengklaim para pelaku industri kini mengeluh tidak mendapat perhatian pemerintah yang disebut lebih fokus pada industri nikel, baterai, dan mobil listrik.
Hilirisasi di era Presiden Joko Widodo memang rajin dikritik banyak pihak, termasuk dari tanah air. Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menjadi salah satu pihak yang vokal mengkritik kebijakan Jokowi tersebut.
Faisal mengklaim lebih dari 90 persen keuntungan hilirisasi mineral Indonesia dinikmati oleh China. Bahkan, ia menyebut ganasnya pengerukan nikel membuat cadangan mineral tersebut akan habis dalam 13 tahun mendatang.
Padahal, cadangan nikel Indonesia adalah yang terbanyak. Menurut data data United States Geological Survey (USGS) yang dikutip Faisal, Indonesia dan Australia sama-sama punya cadangan nikel 21 juta metrik ton.