Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah berkunjung ke Amerika Serikat (AS) sejak Minggu (12/11). Ia menghadiri sejumlah agenda, salah satunya bertemu Presiden AS, Joe Bide,
Selain itu, Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Amerika Serikat juga sempat memberikan materi kuliah di George University.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut fakta-fakta kunjungan Jokowi ke AS.
1. Bawa 'Oleh-oleh' Rp400 T dari Biden
Jokowi membawa pulang oleh-oleh kesepakatan bisnis US$25,85 miliar atau Rp400 triliun (US$1=Rp15.493) usai bertemu Joe Biden.
Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (14/11). Ia mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan bilateral tersebut.
"Dari sisi bisnis, telah disepakati kerja sama bisnis senilai US$25,85 miliar, antara lain investasi pembangunan carbon capture storage (CCS) dan kilang petrokimia, pengolahan nikel baterai electric vehicle (EV), dan pembangunan modul serta panel surya," kata Retno.
 Jokowi membawa pulang oleh-oleh kesepakatan bisnis US$25,85 miliar atau Rp400 triliun (US$1=Rp15.493) usai bertemu Joe Biden. (REUTERS/LEAH MILLIS) |
2. Minta Dukungan AS Suntik Mati PLTU
Dalam kunjungan bilateral itu, Jokowi juga meminta AS mendukung Indonesia memensiunkan dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
"Presiden RI (Jokowi) menyampaikan agar Amerika Serikat dapat mendukung upaya mempercepat transisi energi Indonesia," kata Retno Marsudi.
"Termasuk program early retirement atau pensiun dini PLTU dan pengembangan jaringan transmisi serta distribusi kelistrikan Indonesia," lanjutnya.
[Gambas:Video CNN]
Retno mengatakan Jokowi dan Biden sepakat soal pentingnya pendanaan untuk suntik mati PLTU dari Just Energy Transition Partnership (JETP).
JETP merupakan salah satu kesepakatan dari negara maju alias G7 yang menyebut siap membantu transisi energi Indonesia. Pendanaan JETP sebesar US$20 miliar atau setara Rp314 triliun disepakati dalam KTT G20 di Bali pada November 2022.
Lanjut ke sebelah..
3.Pamer Kekayaan Nikel dan Energi Hijau Indonesia
Jokowi memamerkan kekayaan nikel dan energi hijau Indonesia di Georgetown University, Washington DC, AS. Hal itu ia sampaikan saat memberikan kuliah umum di kampus tersebut.
"Sebagai negara yang kaya akan mineral kritis dan potensi energi hijau, Indonesia dapat menjadi partner bagi AS," kata Jokowi, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (15/11).
"Karena Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, timah nomor dua terbesar di dunia, dan potensi energi hijau 3.600 megawatt," lanjutnya.
"Sebuah potensi sangat besar yang nantinya bisa dipakai memproduksi produk-produk hijau untuk ekonomi hijau yang bisa kita kembangkan sama-sama antara AS dan Indonesia. Semua itu bisa dikembangkan dan berkontribusi bagi kebaikan Indonesia, AS, dan dunia," tambahnya.
4. Tawarkan Investasi di IKN
Jokowi mengajak para CEO perusahaan global untuk berinvestasi di ibu kota negara (IKN) Nusantara. Hal itu ia sampaikan dalam acara APEC CEO Summit di San Francisco, AS.
Ia mengatakan Nusantara dibangun dengan konsep kota pintar berbasis hutan dan alam dan memiliki potensi investasi di berbagai sektor.
"70 persen area hijau, 80 persen transportasi publik berbasis energi hijau yang terbuka di berbagai sektor; infrastruktur, transportasi, teknologi, pendidikan, energi, keuangan, pariwisata, kesehatan dan perumahan," imbuh Jokowi.
"Ini adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi di Indonesia dan saya harap bapak ibu dapat memanfaatkan peluang ini dengan lebih agresif dan lebih cepat," ucapnya.
[Gambas:Photo CNN]
5. Akui Belum Ada Investor Asing di IKN
Jokowi mengungkap belum ada investor asing yang masuk ke Ibu Kota Negara IKN Nusantara.
"Sampai saat ini belum ada (investasi asing masuk IKN)," kata Jokowi di sela KTT APEC di California, Amerika Serikat, Kamis (16/11) waktu setempat.
Meski begitu, Jokowi optimis para investor asing bakalan tertarik masuk ke IKN. Pasalnya, saat ini saja sudah banyak pengusaha lokal Tanah Air yang menanam modal di IKN.
"Saya yakin bahwa setelah investor dalam negeri bergerak, semakin banyak setiap bulannya, investor luar akan segera masuk. Kita lihat saja nanti, pasti masuk," ungkapnya.