Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan komitmen pendanaan Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP) naik menjadi US$21,6 miliar atau setara Rp336,6 triliun (asumsi kurs Rp15.583 per dolar AS).
Sebelumnya, pendanaan JETP hanya mencapai US$20 miliar atau setara Rp311,6 miliar.
Kesepakatan JETP terjalin antara Indonesia dengan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG). Organisasi itu dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, anggotanya terdiri Denmark, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Norway, Perancis, dan Uni Eropa.
Dari total dana US$21,6 miliar, sebanyak US$11,6 miliar di antaranya bersumber dari negara-negara IPG.
Sedangkan, US$10 miliar sisanya akan berasal dari bank-bank internasional, yang bergabung dalam Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) working group.
Menteri ESDM Arifin tasrif mengatakan JETP dioptimalkan sebagai salah satu jembatan Indonesia dalam mendorong transisi energi.
Hal itu sesuai dengan komitmen yang sudah tertuang dalam target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) dan upaya RI mencapai net zero emission (NZE) di 2060 atau lebih cepat.
Arifin juga menyebut rampungnya dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) dinilai sebagai komitmen JETP dalam membantu Indonesia.
CIPP sendiri berisi rumusan skenario dekarbonisasi, daftar proyek prioritas, dan mekanisme pembiayaan. Rumusan itu digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengambilan kebijakan di sektor ketenagalistrikan berbasis energi hijau.
Sejalan dengan itu, Kementerian ESDM sudah mempersiapkan peta jalan net zero emission sektor energi, yang diharapkan dapat menjadi landasan transisi energi sampai dengan 2060.
Arifin mengatakan target JETP lebih ambisius dan tinggi dari target yang tertuang dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan peta jalan NZE sektor energi.
"Target-target JETP ini merupakan target kondisional yang hanya bisa dicapai melalui kerja sama teknis dan pendanaan para pihak," ujar Arifin melalui keterangan resmi, Selasa (22/11).
Ia lantas berharap kerja sama JETP dapat mengkatalisasi investasi dan dukungan yang jauh lebih besar ke depannya.
Khususnya, dapat memprioritaskan dukungan dan investasi bagi fondasi dari transisi energi itu sendiri, yaitu pengembangan dan penguatan jaringan transmisi.
"Karena tanpa transmisi, tidak ada transisi. Selain itu, kerjasama teknis dan pendanaan dibutuhkan untuk dapat mempercepat upaya pelaksanaan proyek prioritas yang sudah diidentifikasi dalam dokumen CIPP dalam semua area investasi," imbuh Arifin.
Ia menambahkan bawah jalinan mitra kerja juga dibutuhkan demi memastikan transisi energi dapat memperhatikan seluruh aspek sosio ekonomi dan lingkungan sebaik-baiknya. Dengan begitu, transisi energi dapat berlangsung secara berkeadilan.
"Dukungan dari para negara sahabat yang tergabung dalam PG, institusi finansial, pelaku usaha termasuk para perusahaan milik negara dan pihak swasta serta tentunya kementerian dan lembaga terkait dan pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci dalam mencapai tujuan transisi energi di Indonesia," kata Arifin.
(mrh/pta)