Transisi Energi, Menkeu Klaim Negara Maju Sudi 'Patungan' Rp1.555 T

CNN Indonesia
Jumat, 24 Nov 2023 20:55 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengklaim negara maju sudi memobilisasi dana transisi energi bagi negara berkembang sebesar US$100 miliar per tahun hingga 2025. (AFP/SONNY TUMBELAKA).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengklaim negara maju sudi memobilisasi dana transisi energi bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya sebesar US$100 miliar atau sekitar Rp1.555 triliun (asumsi kurs Rp15.559 per dolar AS) per tahun hingga 2025.

Wanita yang akrab disapa Ani itu menyebut kesepakatan ini didapat dari pertemuan menteri-menteri keuangan di KTT APEC pada 12 November-13 November 2023 lalu. Ia menekankan kepada negara maju tentang sustainable finance yang sesuai dengan pembahasan dalam G20.

"Pentingya untuk terus mendukung transisi energi secara bersih, terutama di berbagai negara. Termasuk dalam hal ini pendanaan perubahan iklim dari negara maju ke negara berkembang sebesar US$100 miliar (per tahun) sampai dengan 2025," ungkap Ani dalam Konferensi Pers APBN KiTA secara virtual, Jumat (24/11).

Berdasarkan bahan paparannya, ia menekankan transisi energi ini perlu dicapai dalam setidaknya 4 aspek. Ada bersih, berkelanjutan, terjangkau, dan inklusif.

Selain mobilisasi dana transisi energi dari negara maju, ia mengatakan pertemuan tersebut menyinggung peran pasar karbon. Diharapkan ada pasar karbon sukarela sebagai pelengkap dari pasar karbon wajib.

Kebutuhan dana transisi energi untuk negara berkembang, termasuk Indonesia, memang menjadi perdebatan. Belakangan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sampai menyindir sikap negara maju yang malah membebani negara miskin dan berkembang utang baru.

"Namun, kita tahu semuanya sampai saat ini, sampai saat ini yang namanya pendanaan iklim (transisi energi) masih business as usual, masih seperti commercial bank. Padahal seharusnya lebih konstruktif, bukan dalam bentuk utang yang hanya akan menambah beban negara-negara miskin maupun berkembang," sindir Jokowi dalam Kuliah Umum di Stanford University, AS pada Rabu (15/11).

"Kita tahu dunia kini tengah sakit. Perubahan iklim dan transisi energi adalah isu yang sangat-sangat mendesak. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah negara-negara di dunia memiliki komitmen untuk bertanggung jawab dan mengambil peran?" tanya sang Kepala Negara.

Salah satu komitmen negara maju alias G7 dalam membantu transisi energi Indonesia adalah Just Energy Transition Partnership (JETP). Pendanaan JETP sebesar US$20 miliar atau setara Rp314 triliun disepakati dalam KTT G20 di Bali pada November 2022 lalu.

Bahkan, ongkos transisi energi via JETP kini naik jadi Rp336,6 triliun. Sayang, pendanaan tersebut didominasi pinjaman alias utang, bukan hibah.



(skt/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK