Rupiah Jatuh ke Rp15.510 Imbas Penguatan Ekonomi AS
Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.510 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Kamis (30/11) ini. Mata uang Garuda melemah 115 poin atau minus 0,75 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp15.484 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Senasib, mata uang di kawasan Asia mayoritas lesu. Tercatat, won Korea Selatan melemah 0,17 persen, peso Filipina minus 0,21 persen, baht Thailand minus 0,64 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,18 persen.
Kemudian dolar Singapura minus 0,05 persen, rupee India melemah 0,06 persen, yuan China melemah 0,08 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,05 persen. Hanya yen Jepang yang menguat 0,17 persen.
Di sisi lain, mata uang negara maju dominan menguat. Tercatat, poundsterling Inggris menguat 0,05 persen, dolar Australia menguat 0,30 persen, franc Swiss menguat 0,18 persen, dan dolar Kanada menguat 0,07 persen. Hanya euro Eropa yang melemah 0,14 persen.
Analis pasar uang Lukman Leong mengatakan rupiah melemah terhadap dolar AS yang rebound setelah revisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal III 2023 AS yang lebih kuat dari perkiraan.
Kemudian pernyataan hawkish dari CEO Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester juga turut mempengaruhi penguatan dolar AS ini.
"Data PMI (indeks manajer pembelian) China pagi ini yang lebih lemah dari perkiraan dan sektor manufaktur yang masih terkontraksi turut menekan rupiah," kata Lukman kepada CNNIndonesia.com.
(del/pta)