Inflasi Turki melesat tembus 67 persen (yoy) pada Februari 2024 kemarin, melebihi ekspektasi pemerintah.
Melansir Reuters, Senin (4/3), Menteri Keuangan Turki Mehmet Simsek mengatakan inflasi ini berpotensi masih berlanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Hal itu imbas langkah bank sentral Turki yang menunda kenaikan bunga acuan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inflasi akan turun dalam 12 bulan," ujar Simsek.
Sejatinya, bank sentral Turki sudah berupaya meredam lonjakan inflasi dengan mengerek bunga acuan sebesar 3,650 basis poin.
Namun, mereka menghentikan kebijakan itu. Mereka merasa kenaikan bunga acuan 45 persen sudah cukup untuk meredam lonjakan inflasi
Namun Simsek mengatakan itu belum cukup. Karena itulah, ia memprediksi inflasi baru akan turun dalam 12 mendatang.
Senada dengan Simsek, beberapa ekonom melihat pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut memang masih diperlukan, terutama setelah pemilu lokal pada 31 Maret.
Pasalnya, sampai dengan saat ini tekanan harga dan permintaan domestik masih kuat.
"Tekanan harga inti terus meningkat dan jika hal ini terus berlanjut pengetatan kebijakan moneter harus dilakukan paling tidak sampai beberapa bulan mendatang," kata ekonom senior pasar negara berkembang Capital Economics, Liam Peach.