Di saat yang sama, daya beli masyarakat tengah tertekan karena berbagai faktor internal dan eksternal. Alhasil, masyarakat lebih memilih membeli produk impor yang harganya sangat terjangkau (affordable).
"Kompleksitas persoalan tersebut akhirnya menekan pasar produk manufaktur kita di pasar domestik, yang ujungnya membuat sebagian pelaku sektor manufaktur harus gulung tikar," jelasnya.
Dengan kondisi ini, maka penciptaan lapangan kerja baru pun akan makin mengecil. Sebab, sektor manufaktur bagian dari padat karya yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keterkaitan sektor manufaktur dengan tenaga kerja sangat erat. Manufaktur adalah sektor padat karya. Sehingga pengecilan peran sektor manufaktur akan mengakibatkan perlambatan serapan tenaga kerja baru," terangnya.
Karenanya, Ronny menekankan langkah-langkah yang harus dilakukan pemerintah adalah memitigasi berbagai persoalan yang telah menyebabkan mandegnya perkembangan sektor manufaktur.
Senada, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan dampak penurunan kinerja manufaktur paling utama pada kondisi tenaga kerja di Indonesia.
Menurut Bhima, apabila tidak ada langkah perbaikan dari pemerintah, maka jumlah pengangguran di dalam negeri terutama pada usia muda, sekitar umur 15-29 tahun, akan makin tinggi.
"Ini bisa sebabkan bencana sosial, seperti bencana tenaga kerja yang sedang menghadapi bonus demografi. Sebab, di tengah penurunan industri ini lapangan kerja di sektor formal yang tersedia itu semakin kecil. Nah, maka makin banyak yang akan menjadi pengangguran, terutama pengangguran usia muda," kata Bhima.
Apalagi, imbuh Bhima, jumlah pengangguran usia muda Indonesia yang sebesar 13,9 persen pada 2023 itu paling tinggi di antara negara ASEAN.
Kalah dibandingkan Malaysia sebesar 12,5 persen, Filipina sebesar 6,9 persen, Thailand cuma 5,3 persen, Timor Leste 3,2 persen dan Vietnam 6,2 persen.
"Jadi ini menjadi alarm karena sektor industrinya melemah, maka banyak anak muda kesulitan cari pekerjaan dan ini jadi ancaman demografi di Indonesia," pungkasnya.
(pta)