IHSG-Rupiah Kebal Serangan Tarif 32 Persen dari Trump, Kok Bisa?

CNN Indonesia
Rabu, 09 Jul 2025 16:02 WIB
Pasar keuangan Indonesia tetap stabil meski Presiden AS Donald Trump resmi menetapkan tarif 32 persen terhadap produk ekspor asal Indonesia. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pasar keuangan Indonesia tetap stabil meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menetapkan tarif 32 persen terhadap produk ekspor asal Indonesia.

Kebijakan tersebut mulai diberlakukan per 1 Agustus 2025, mundur dari rencana semula pada 9 Juli. Namun, tak ada goncangan sama sekali terhadap rupiah dan IHSG.

IHSG justru menunjukkan ketahanan dengan kembali menembus level psikologis 7.000. Pun begitu dengan rupiah yang stabil tak banyak bergerak.

Pengamat pasar modal Hendra Wardana menilai kondisi ini berbeda dari situasi awal perang dagang AS-China pada 2018 lalu, di mana pasar sempat bergejolak tajam.

"Fenomena ini menandakan bahwa pasar kini jauh lebih dewasa dan kalkulatif dalam menyikapi kebijakan proteksionisme global. Pelaku pasar tampaknya tidak lagi bereaksi secara emosional, melainkan mempertimbangkan berbagai faktor fundamental dan strategi mitigasi yang sedang dan akan ditempuh oleh pemerintah," ujar Hendra kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/7).

Situasi ini juga terlihat jauh lebih terkendali dibanding Maret 2025, ketika rumor dimulainya kembali perang dagang oleh Trump sempat memicu pelemahan tajam pada rupiah dan IHSG.

Saat itu, minimnya kejelasan arah kebijakan dan belum siapnya respons pemerintah membuat pasar bereaksi negatif. Kini, dengan komunikasi kebijakan yang lebih terkoordinasi dan skenario mitigasi yang mulai berjalan, pasar keuangan menunjukkan sikap lebih tenang dan terukur.

Ia menambahkan kekuatan ekonomi nasional menjadi penopang utama stabilitas ini. Sejumlah faktor seperti hilirisasi tambang hingga perbaikan neraca perdagangan membuat investor tetap percaya diri.

Strategi jangka panjang berupa relokasi produksi ke negara bebas tarif, kerja sama joint venture dengan mitra AS, serta perluasan pasar ke Timur Tengah dan Afrika dinilai turut menenangkan pasar.

Sementara itu, analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai pelaku pasar telah terbiasa dengan gaya komunikasi Trump yang kerap berubah-ubah.

"Pelaku pasar sudah 'kebal' terhadap pernyataan-pernyataan Trump yang selama ini tidak konsisten dan hingga saat ini belum ada kesepakatan signifikan yang telah dikonfirmasikan kecuali dengan Inggris. Angka 32 persen itu tidak ada signifikansi karena memang sudah ditetapkan sejak April," ujar Lukman.

Menurutnya, investor justru meyakini Trump mungkin akan kembali menunda pemberlakuan tarif.

"Investor merasa Trump tidak akan nekat memberlakukan tarif yang ada sekarang karena ini akan sangat membebani ekonomi AS dan semakin melemahkan dolar AS," imbuhnya.

Lukman menyebut hingga kini tidak ada perubahan besar pada portofolio investor, mengingat pasar menunggu perkembangan lebih lanjut dari pemerintah AS.

"Jadi sekarang AS sudah masuk tanggal 9 Juli, mari tunggu pernyataan dia kembali," ujarnya.

Trump sebelumnya mengirim surat resmi kepada Presiden Prabowo Subianto berisi pemberitahuan pemberlakuan tarif 32 persen.

Pemerintah RI sebelumnya telah mencoba melobi dengan menawarkan peningkatan impor dan investasi ke AS senilai US$34 miliar atau sekitar Rp551 triliun. Namun, Trump tetap melanjutkan kebijakan tarif terhadap Indonesia dan sejumlah negara lain.



(del/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK