Pemerintah akan mengubah skema harga beras di tengah maraknya pengoplosan belakangan ini.
Kepala Badan Pangan Nasional mengatakan dengan perubahan ini nantinya tidak ada lagi harga eceran tertinggi (HET) beras medium dan premium. Yang ada katanya, hanya harga maksimum beras.
"Kalau kemarin kan ada HET medium, HET premium. Tadi Pak Menko sudah putuskan maksimum saja berapa," kata Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Jumat (25/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia memperkirakan dengan skema baru ini, harga beras terbaru akan lebih murah dari premium. Pasalnya, harga yang akan dipakai adalah harga tengah kualitas medium dan premium.
"Kalau melihat kayak gini kira-kira lebih mahal atau nggak? Lebih rendah lah," ucapnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan nanti hanya ada dua jenis beras yaitu beras biasa yang sebelumnya terbagi atas medium dan premium. Kemudian beras khusus.
"Beras nanti kita akan buat hanya satu jenis beras saja. Beras ya beras, sudah. Ya tidak lagi premium dan medium," katanya.
"Ada satu lagi namanya beras khusus. Jadi cuma ada dua," sambungnya.
Pria yang akrab disapa Zulhas itu mengatakan beras khusus ditentukan berdasarkan izin oleh pemerintah. Misalnya beras Pandan Wangi, beras Basmati, dan beras Japonica.
"Nah beras khusus itu berdasarkan jenis yang diberikan izin oleh pemerintah. Betul enggak dia memang beras yang terbaik? Tentu ada sertifikatnya dikeluarkan oleh pemerintah," katanya.
Pengoplosan beras marak belakangan ini. Satgas Pangan Polri mengungkap tiga perusahaan terlibat dalam kasus ini .
Perusahaan itu adalah; PT Food Station, Toko SY (Sumber Rejeki) dan PT Padi Indonesia Maju Wilmar.
Food Station merupakan produsen Setra Ramos Merah, Setra Ramos Biru dan Setra Pulen. Toko SY merupakan produsen beras Jelita dan PT Padi Indonesia Maju Wilmar merupakan produsen beras Sania.
Kelima merek beras itu disebut oleh Polisi tidak memenuhi standar ukuran dan mutu.
Ketua Satgas Pangan Polri Brigjen Helfi Assegaf menyebut pelanggaran yang dilakukan perusahaan tersebut terungkap setelah pihaknya melakukan uji sampel beras premium dan medium dari pasar tradisional maupun modern.
Pengujian sampel itu dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pengujian Standar Konsumen Pasca Panen Pertanian. Berdasarkan hasil pengujian itu, Helfi menyebut terdapat 5 merk beras premium yang diproduksi 3 perusahaan itu tidak memenuhi standar mutu.
"Lima merek sampel beras premium yaitu Sania, Sentra Ramos Biru, Sentra Ramos Merah, Sentra Pulen dan Jelita," jelasnya dalam konferensi pers, Kamis (24/7).
Presiden Prabowo Subianto menyebut praktik curang beras oplosan menyebabkan kerugian besar bagi negara.
Berdasarkan laporan yang diterimanya, kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp100 triliun setiap tahun.
"Saya dapat laporan kerugian yang dialami oleh bangsa Indonesia adalah Rp100 triliun tiap tahun, Rp100 triliun tiap tahun berarti lima tahun Rp1.000 triliun. Ini kejahatan ekonomi yang luar biasa. Menurut saya ini sudah termasuk subversi ekonomi, menikam rakyat," kata Prabowo dalam sambutannya di acara Penutupan Kongres PSI 2025, Minggu (20/7).
(fby/agt)