BPS Ungkap Ekspor Batu Bara RI Anjlok dan CPO Berjaya

CNN Indonesia
Sabtu, 02 Agu 2025 12:40 WIB
Data BPS menunjukkan ekspor batu bara anjlok, sedangkan minyak kelapa sawit mentah (CPO) berjaya di semester I 2025. (iStock/small smiles).
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap ekspor batu bara Indonesia anjlok pada semester I 2025, di saat kinerja minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) berjaya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan nilai ekspor komoditas nonmigas unggulan Indonesia sejatinya meningkat. Hanya batu bara yang malah mengalami penurunan.

"Nilai ekspor batu bara turun 21,09 persen secara kumulatif. Nilai ekspor CPO dan turunannya naik 24,81 persen secara kumulatif," ungkapnya pada jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (1/8).

Pada Januari 2024 hingga Juni 2024, volume ekspor batu bara masih bisa tembus 196,65 juta ton. Rata-rata harganya, menurut catatan BPS, US$77,24 per ton.

Kendati demikian, volume ekspornya turun 6,33 persen menjadi 184,19 juta ton pada Januari-Juni 2025. Pada saat bersamaan, harganya anjlok 15,86 persen ke US$64,99 per ton.

Nasib CPO berbanding terbalik. Harga CPO naik 22,21 persen dari US$861,65 ke US$1.053,03 per ton. Sementara itu, volume ekspornya bertambah dari 10,72 juta ton menjadi 11 juta ton.

Secara total, neraca perdagangan Indonesia surplus US$4,10 miliar pada Juni 2025. Realisasi ini turun tipis dibandingkan surplus US$4,30 miliar yang dicatatkan Indonesia pada bulan sebelumnya.

"Pada Juni 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$4,10 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ucapnya.

Surplus neraca perdagangan pada semester I alias periode Januari 2025 sampai Juni 2025 adalah US$19,48 miliar.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengomentari penurunan capaian surplus Indonesia pada Juni 2025.

"Ya enggak apa-apa (surplus turun), yang penting surplus," kata Airlangga berseloroh di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat.

"Ya, (alasan) pertama kan ketidakpastian tarif Trump (Presiden AS Donald Trump), kan bea masuknya naik. Selain itu, commodity price turun juga. Jadi, dua faktor itu," tutur Airlangga.

(skt/dhf)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK