Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menceritakan pengalaman pahit ketika ditinggalkan alias di-ghosting Jepang saat ingin kerja sama mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di dalam negeri.
Menurut Bahlil, saat itu Indonesia sudah melakukan pendekatan yang cukup panjang dan dekat dengan Jepang. Tapi ternyata ditinggalkan begitu saja.
"Seperti orang pacaran ... makan bakso, makan di restoran. Abis itu pergi. Nggak ada omon-omon lagi. Jadi, masa kita harus menjual diri," kata Bahlil di Hotel Mulia Senayan, Selasa (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Jepang, Bahlil menyebutkan Indonesia membuka peluang kerja sama dengan berbagai negara untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik. Misalnya, China, Eropa, Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Dari semua negara tersebut, ia menyebut hanya China dan Korsel yang betul-betul niat bekerja sama. Kedua negara ini memiliki teknologi tapi tidak punya bahan baku sehingga dinilai sangat tepat kerja sama dengan Indonesia.
"Yang datang ini, yang omon-omon terus bahkan tidak mau pulang-pulang rumah (ke negaranya) itu Korea sama China," jelasnya.
Dalam kesempatan ini, ia menekankan tidak pernah memberikan perlakuan khusus kepada satu negara untuk ikut masuk mengembangkan baterai kendaraan listrik di Tanah Air. Ia mengatakan memberikan kesempatan yang sama untuk semua negara.
"Saya berjanji, kalau ada yang membangun ekosistem baterai mobil, saya sendiri akan mengurusnya tanpa membeda-bedakan dari negara manapun. Nah itu untuk menyangkut dengan ekosistem baterai mobil kita targetkan sampai dengan 2027 itu sekitar 55 gigawatt," pungkasnya.
(ldy/agt)