Istana Respons Heboh Fenomena Rojali: Cara Belanja Berkembang

CNN Indonesia
Jumat, 08 Agu 2025 09:50 WIB
Kepala PCO Hasan Nasbi meyakini fenomena rohana dan rojali di pusat perbelanjaan bukan pertanda ekonomi lesu dan terganggu.
Kepala PCO Hasan Nasbi merespons fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) yang dikeluhkan pebisnis pusat perbelanjaan. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi merespons fenomena rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) yang dikeluhkan pebisnis pusat perbelanjaan akhir-akhir ini.

Hasan menilai fenomena ini bukan pertanda ekonomi terganggu. Menurutnya, ada perpindahan aktivitas belanja masyarakat ke toko daring atau online shop.

"Sementara sekarang ekonomi itu berkembang sekali kan? Model dan cara jual beli (belanja) juga berkembang, sektor logistik kita tumbuh loh," kata Hasan di kantornya, Jakarta, Kamis (7/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut saat ini transaksi jual beli juga tidak hanya terjadi di toko konvensional. Sebagian masyarakat juga belanja melalui marketplace secara daring.

Hasan berpendapat konsumsi masyarakat bisa dilihat dari tingkat pengiriman barang. Masyarakat belanja secara daring dan barang-barangnya dikirim melalui jasa pengantaran.

Menurutnya, pertumbuhan sektor logistik yang diungkap Badan Pusat Statistik (BPS) secara tak langsung menunjukkan pengiriman barang meningkat.

"Kalau yang dikirim barang atau yang dikirim atau ada pergerakan orang, itu kan artinya ada jual beli," ujar dia.

Sebelumnya, masyarakat Indonesia memperbincangkan kemunculan rojali dan rohana. Dua istilah itu diungkap para pebisnis pusat perbelanjaan yang mengaku sektor usahanya lesu.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja menyebut masyarakat tetap datang ke pusat perbelanjaan, tetapi minim belanja. Dia menduga hal ini dipicu daya beli melemah.

Alphonsus mencatat jumlah pengunjung tumbuh 10 persen. Namun, pertumbuhan itu jauh dari target 30 persen.

Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono mengatakan BPS belum membuat survei khusus soal rojali, tetapi mengamini fenomena rojali sebagai penanda awal tekanan ekonomi.

"Rojali adalah sinyal penting bagi membuat kebijakan untuk tidak hanya fokus ya menurunkan angka kemiskinan, tetapi juga memperhatikan bagaimana untuk ketahanan konsumsi dan stabilitas ekonomi rumah tangga pada kelas menengah bawah," ujar Ateng.

[Gambas:Video CNN]

(mnf/dhf)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER