Teriak Pedagang Pasar Cipinang 'Mati' Tergilas Beras Oplosan
Deru mesin truk kuning pengangkut beras terdengar nyaring di lorong masuk Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, siang ini (8/8).
Di bak terbuka, karung-karung beras tertata rapi, sebagian sudah dilapisi terpal hitam. Namun pemandangan ini ternyata tak seindah stoknya, perdagangan di pasar beras terbesar di Indonesia ini sedang lesu.
Begitu melangkah lebih dalam, aroma khas beras menyambut dari gudang-gudang berisi puluhan karung bertumpuk. Di beberapa sudut, warung kecil terlihat lengang, hanya ada segelas teh tawar dan gorengan yang tak kunjung laku.
"Orang belanja di sini takut. Gara-gara oplosan-oplosan itu jadi orang enggak mau belanja di sini lagi. Biasanya ramai, sekarang sebulan ini sepi banget," keluh seorang pedagang warung, yang sudah berjualan di PIBC kepada CNNIndonesia.com.
Ia enggan namanya disebut, tapi wajahnya terlihat lelah. Menurutnya, bukan hanya pembeli yang berkurang. Para kuli angkut yang dulu memenuhi lorong-lorong pasar kini jarang terlihat.
"Dulu kulinya banyak, yang kerja banyak. Sekarang hampir enggak ada. Pedagang beras di sini juga pada ngeluh, takut jualan," ujarnya.
Suasana muram ini tak lepas dari kasus besar pengoplosan beras yang diungkap Bareskrim Polri. Dari empat lokasi penggerebekan, termasuk PIBC, penyidik menyita total 201 ton beras yang tak sesuai mutu dan takaran. Modusnya, beras berkualitas rendah dicampur dan dikemas sebagai beras premium, lalu dijual dengan harga tinggi.
Seorang pedagang warung lain bercerita lebih jauh. Polisi menyita beras-beras pedagang disita polisi.
"Ini aja pedagang di sini berasnya pada disita-sitain. Dioplosnya bukan sama yang jelek, tapi dicampur menir. Banyak gudang di belakang disita polisi, ada 10-an," katanya.
Ia juga mendengar kabar miring bahwa ada pedagang yang diminta uang hingga miliaran rupiah agar berasnya tak disita.
"Bos-bos gede sampai enggak kelihatan lagi, takut ditangkap. Kasihan yang kecil, untungnya beras itu berapa sih. Cuma dicampur menir, enggak ada plastik-plastik," imbuhnya.
Ia mengaku stok beras sempat sengaja 'diumpetin' oleh pemilik gudang untuk menghindari penyitaan.
"Biasanya gorengan saya habis dibeli kuli, sekarang enggak ada yang beli. Lihat aja, masih banyak nih," ujarnya sambil menunjuk nampan gorengan yang dingin.
Tak semua pedagang di PIBC mau berbagi cerita soal nasib usaha mereka setelah ramai kasus beras oplosan. Beberapa bahkan menolak diwawancara, dengan alasan takut masalah.
"Enggak usah tanya-tanya dulu, ya," ujar seorang pria berkaos polos sambil tersenyum tipis, mengisyaratkan agar CNNIndonesia.com pergi menjauh.
Meski tumpukan karung beras di kios-kios masih tinggi, perputaran uang di pasar ini terasa melambat. Harga-harga di etalase terbuka bervariasi, mulai dari Rp670 ribu hingga Rp850 ribu per karung, tergantung jenis dan kualitas.
Namun, riuh transaksi yang biasanya jadi denyut nadi pasar, kini berganti jadi desahan napas pedagang yang menunggu pembeli yang tak kunjung datang.
Di tengah sorotan publik atas praktik beras oplosan, Pasar Induk Cipinang seperti sedang menahan napas. Stok memang ada, tapi suasana sepi, penuh waspada.
Para pedagang warung yang menjadi saksi keseharian pasar berharap badai ini segera reda, agar kuli kembali ramai, pembeli datang lagi, dan gorengan panas mereka kembali ludes sebelum sore.
(tim/tim)