Ekonom HSBC: Pengusaha Punya Banyak Tabungan Tapi Ogah Investasi

CNN Indonesia
Jumat, 08 Agu 2025 17:48 WIB
Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari menyoroti banyak korporasi yang memiliki tabungan, tetapi enggan berinvestasi.
Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari menyoroti banyak korporasi yang memiliki tabungan, tetapi enggan berinvestasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari menyoroti banyak korporasi yang memiliki tabungan, tetapi enggan investasi.

Padahal, investasi korporasi diperlukan bagi sebuah negara untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.

"Ketika kita melihat investasi korporasi, kita menemukan bahwa jumlahnya tidak terlalu tinggi. Anda tahu, korporasi sedang menabung. Jadi, ada banyak tabungan di luar sana, tetapi mereka tidak berinvestasi," katanya dalam media briefing HSBC: Indonesia Economy Outlook H2-2025 secara daring, Jumat (8/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pranjul mengatakan dengan peningkatan investasi korporasi, kapasitas ekonomi untuk tumbuh dan menciptakan lapangan kerja dengan upah tinggi juga akan meningkat.

Karena itu, upaya untuk menarik investasi korporasi menjadi PR bagi banyak negara termasuk Indonesia.

"Apa yang akan membuat korporasi berinvestasi? Itulah pertanyaan besar terhadap Indonesia. Dan saya akan jujur ini sebenarnya terhadap hampir semua negara di luar sana," katanya.

Pranjul mengatakan investasi korporasi sangat dibutuhkan untuk menggenjot ekonomi RI yang tumbuh 5,12 persen (yoy) pada kuartal II 2025. Menurutnya, angka 5,12 persen belum cukup bagus karena belum menutupi kesenjangan output (output gap) perekonomian.

"Apakah fakta bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II lebih tinggi daripada kuartal I cukup bagus? Jawaban saya adalah tidak, itu belum cukup bagus," katanya

"Karena kita melihat output gap terus menjadi negatif," sambungnya

Output gap negatif secara umum berarti output aktual (nyata) dari suatu perekonomian lebih rendah daripada output potensialnya (kemampuan produksi maksimumnya). Ini menunjukkan bahwa perekonomian tidak beroperasi pada kapasitas penuh.

Secara sederhana, output gap negatif menunjukkan bahwa perekonomian sedang mengalami penurunan atau berada dalam kondisi yang tidak lebih baik dari yang seharusnya, jika semua sumber daya dimanfaatkan secara optimal.

Karena itu, Pranjul mengatakan dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar output gap tidak negatif.

"Kita menginginkan pertumbuhan yang lebih tinggi atau lebih lama agar kesenjangan output ini dapat tertutupi.Oleh karena itu, kuartal II yang kuat merupakan awal yang baik, tetapi kita membutuhkan angka yang lebih tinggi lagi dalam beberapa kuartal mendatang," katanya.

[Gambas:Video CNN]

(fby/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER