Perusahaan properti raksasa asal China, Evergrande, bakal delisting atau tak lagi terdaftar di bursa saham Hong Kong setelah terlilit utang US$300 miliar atau sekitar Rp4.868 triliun (asumsi kurs Rp16.226,92 per dolar AS) sejak Januari 2024.
Dilansir CNN, peraturan menyebut perusahaan bisa didepak dari bursa saham jika perdagangannya ditunda 18 bulan berturut-turut. Evergrande bakal delisting 22 Agustus.
"Seluruh pemegang saham, investor, dan calon investor perusahaan harus memahami setelah tanggal terdaftar terakhir, meski sertifikat saham masih valid, saham-saham tidak akan tercantum dan tidak akan bisa diperdangkan di bursa saham," kata Evergrande dalam pernyataan tertulis yang dilansir CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Evergrande didirikan Hui Ka Yan alias Xu Jiayin pada pertengahan 1990. Saham perusahaan ini terdaftar di bursa saham Hong Kong pada 2009 dengan nama Evergrande Real Estate Group.
Bursa menghentikan sementara perdagangan saham Evergrande pada 29 Januari 2024 pada harga 0,16 dolar Hong Kong per lembar saham.
Krisis yang dialami Evergrande mencuat awal tahun lalu saat Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) menduga manipulasi laporan keuangan. Mereka menduga Evergrande menggelembungkan pendapatan US$78 miliar atau sekitar Rp1.227 triliun (asumsi kurs Rp15.731 per dolar AS) selama dua tahun.
Pada Januari 2024, Pengadilan Hong Kong memerintahkan Evergrande melikuidasi aset setelah terlilit utang US$300 miliar.
Dilansir dari Reuters, keputusan likuidasi diambil karena pengadilan menilai perusahaan tak dapat menawarkan rencana restrukturisasi yang konkret selama lebih dari dua tahun.
Evergrande adalah satu dari banyak pengembang yang gagal bayar utang setelah Pemerintah China menindak pinjaman berlebih industri properti. Perusahaan itu tak bisa mendapatkan pendanaan sehingga utang ke kreditur dan pelanggan pun menjadi tak berkelanjutan.
Penindakan itu menyeret industri properti China ke krisis. Peristiwa itu mengguncang sistem keuangan di dalam dan luar China.
Sektor properti sempat menjadi motor penggerak perekonomian China. Saat ini, industri itu terseok-seok, bahkan harga perumahan di China terjun bebas.
(dhf/dhf)