EDUKASI KEUANGAN

Tips Investasi Aman dan Terhindar dari Scam

Feby Febrina Nadeak | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Agu 2025 09:00 WIB
Investasi menjadi salah satu cara populer untuk mengembangkan kekayaan. Ilustrasi. (Istockphoto/ Ipopba).
Jakarta, CNN Indonesia --

Investasi menjadi salah satu cara populer untuk mengembangkan kekayaan. Namun, maraknya kasus penipuan atau scamming di sektor keuangan, terutama investasi, membuat banyak orang harus lebih waspada.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total kerugian imbas scamming di sektor keuangan Indonesia capai Rp4,6 triliun sejak November 2024 sampai saat ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan total kerugian itu berasal dari pengaduan yang masuk ke Indonesia Anti-Scam Center (IASC) yang dibentuk pada 22 November 2024.

"Dari mulai November tahun lalu kita buka, itu sudah ada Rp4,6 triliun total kerugian yang diadukan oleh masyarakat kita. Ini luar biasa," ujarnya dalam acara Kampanye Nasional Berantas Scam dan Aktivitas Keuangan Ilegal di Jakarta, Selasa (19/8).

Kiki sapaan akrabnya melihat kondisi ini sangat miris karena ternyata sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tertipu baik masalah investasi, ajakan berbisnis hingga percintaan.

Karenanya, setiap individu perlu mewaspadai scamming dalam investasi maupun bentuk lainnya lainnya.

Berikut adalah beberapa tips penting untuk menghindari scamming di dunia investasi:

1. Waspadai Investasi High Return

Head of Advisory & Financial Planner Finansialku Shierly mengatakan semakin tinggi potensi keuntungan suatu investasi, maka semakin tinggi risikonya. Oleh karena itu, semakin perlu proses dan waktu untuk belajar.

"Jadi kalau ada iming-iming penawaran return di atas 10 persen dan tanpa risiko, hati-hati red flag investasi bodong," ujarnya pada CNNIndonesia.com, Jumat (22/8).

Ia menyarankan Anda untuk mempelajari produk atau jasa apa yang dijual dari perusahaan investasi. Apakah masuk akal jika mendapatkan keuntungan yang tinggi dari hasil penjualan produk atau jasanya.

Senada, Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno mengatakan Anda perlu mewaspadai invetasi yang menjanjikan keuntungan yang tidak realistis. Misalnya keuntungan 5 persen dalam sebulan.

Ia mengatakan janji keuntungan itu tidak masuk akal dibandingkan investasi umumnya. Misalnya deposito yang bunganya 5 persen setahun dan obligasi negara ritel (ORI) yang menawarkan imbal hasil 7 persen dalam setahun.

"Berarti kalau dia menawarkan keuntungan 5 persen sebulan, itu kan tidak realistis," ujar Mieke.

2. Periksa Legalitas dan Izin

Shierly menyarankan Anda perlu memastikan perusahaan atau platform investasi yang dipilih sudah terdaftar dan diawasi oleh otoritas resmi, seperti OJK.

Ia mengatakan perusahaan investasi yang sudah resmi pun tetap diwaspadai banyak akun palsu atau phishing. Apalagi perusahaan yang tidak punya legalitas yang jelas dan tidak diawasi otoritas berwenang.

Dengan diawasi oleh otoritas, maka produk investasi yang legal seharusnya akan ada transparansi yang disyaratkan. Misalnya: emiten saham menerbitkan laporan keuangan kuartalan, manajer investasi menerbitkan laporan fund fact sheet setiap bulan, dan lainnya.

"Hati-hati jika tidak ada transparansi dan dokumentasi yang jelas mengenai penggunaan dana atau kinerja perusahaan investasi tersebut," ujarnya.

3. Jangan Termakan Promosi dan Testimoni

Shierly mengatakan biasanya para penipu juga memanfaatkan faktor pemanis atau pendorong agar korban segera mungkin mengambil keputusan investasi. Misalnya dengan memberikan promosi terbatas.

"Misalnya: join sekarang, tempat terbatas, promo hanya hari ini. Jika korban dalam kondisi kepepet butuh uang atau tergiur dengan keuntungan tinggi instan, maka semakin tidak bisa berpikir logis jika ditambah dengan tekanan batas waktu," katanya.

Ia juga menyarankan Anda tidak tergiur dengan testimoni atau review berlebihan. Apalagi zaman sekarang testimoni bisa dipalsukan atau dilebih-lebihkan dengan berbagai cara.

Shierly menyarankan Anda perlu berpikir kritis dengan cara berpikir terbalik.

"Apa risikonya jika berinvestasi di produk investasi ini? Kalau uangnya hilang semua, apakah kamu bisa relakan atau justru kehidupanmu bergantung pada modal investasi ini?" katanya.

Ia juga menyarankan Anda untuk mempelajari apakah ada testimoni nasabah yang pernah rugi komplain pada perusahaan investasi tersebut. Kemudian, bagaimana cara perusahaan menangani komplain atau risiko investasi tersebut.

4. Jangan Segan dengan Keluarga atau Teman

Mieke juga menyarankan Anda untuk tidak segan menolak investasi yang ditawarkan keluarga atau teman jika memang berpotensi scamming. Anda tetap perlu memeriksa investasi yang ditawarkan oleh orang terdekat.

"Yang sering saya temui orang enggak enak karena ditelepon terus, karena yang tawarin kakak ipar sendiri misalnya. Jadi jangan terburu-buru," terangnya.

Padahal, sambung Mieke, Anda berhak mengatakan tidak.

"Anda tidak wajib menyetujui. Jadi beri Anda waktu untuk mempertimbangkan tawaran tersebut dengan melakukan riset," ujarnya.

(sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK