ANALISIS

Pak Prabowo, Begini lho Tunjangan DPR yang Adil Bagi Rakyat

Sakti Darma Abhiyoso | CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2025 07:45 WIB
Besaran gaji dan tunjangan DPR seharusnya memperhatikan penghasilan masyarakat. Ada beragam opsi skema yang lebih adil dan tak menyakiti rakyat.
Wajar atau tidaknya gaji dan tunjangan DPR seharusnya memperhatikan penghasilan masyarakat. Ada beragam opsi skema yang lebih adil dan tak menyakiti rakyat. (Foto: ANTARA FOTO/DHEMAS REVIYANTO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Prabowo Subianto mengumpulkan pimpinan partai politik (parpol) di Parlemen dan sepakat akan mencabut tunjangan anggota DPR RI yang menyakiti hati rakyat Indonesia.

Tunjangan jumbo DPR awalnya terungkap dari pernyataan anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin. Ia mengaku bersyukur mengantongi take home pay bulanan lebih dari Rp100 juta.

Legislator PDI Perjuangan itu blak-blakan soal gaji dan tunjangan DPR RI usai sehari sebelumnya Wakil Ketua Komisi II DPR RI dari Partai Golkar Zulfikar Arse Sadikin mengaku sulit mendapatkan uang halal sebagai politikus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasanuddin justru menganggap penghasilannya sebagai anggota DPR sudah lebih dari cukup, apalagi berhak atas tunjangan rumah Rp50 juta per bulan. Jika dirata-rata, ia menyebut setiap anggota DPR memperoleh gaji Rp3 juta per hari.

Fakta DPR dapat gaji Rp3 juta per hari pun viral dan membuat publik marah, karena apa yang dikantongi buruh Indonesia umumnya mentok upah minimum. Misal, di Jakarta yang upah minimum provinsi (UMP)-nya cuma Rp5,3 juta per bulan. Gaji rakyat dengan mereka yang katanya mewakili rakyat bagai langit dan bumi.

Kemarahan memuncak menyusul aksi joget-joget para wakil rakyat dalam gelaran Sidang Tahunan MPR RI pada 15 Agustus 2025. Orang Jawa bilang, aksi tak pantas dari anggota DPR RI itu ngenyek. Menginjak-nginjak perasaan masyarakat yang tengah hidup susah.

Sayang, tak satu pun dari mereka yang bergaji ratusan juta rupiah itu sudi mengucap maaf. Tidak sedikit dari mereka malah menganggap 'sesat logika' karena disamakan dengan 'rakyat jelata', bahkan mengumpat rakyat yang diwakilinya dengan kata-kata 'tolol'.

Eskalasi massa pun terjadi. Demonstrasi berlangsung berhari-hari dan meluas ke seluruh Indonesia, mulai dari Senin (25/8), Kamis (28/8), Jumat (29/8), hingga Sabtu (30/8). Sepekan berlangsung, nihil batang hidung wakil rakyat menemui massa aksi yang menyampaikan aspirasi.

Prabowo dan para pimpinan parpol baru mengeluarkan pernyataan resmi di pengujung Agustus 2025, yakni Minggu (31/8). Salah satu pemantiknya adalah driver ojek online (ojol) bernama Affan Kurniawan yang tewas dilindas Rantis Brimob di Jakarta Pusat pada rangkaian demonstrasi 28 Agustus 2025 malam.

"Para pimpinan DPR menyampaikan akan dilakukan pencabutan beberapa kebijakan DPR RI, termasuk besaran tunjangan dan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri," tegas Prabowo di Istana Merdeka Jakarta.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani berdalih apa yang terjadi bukan merupakan selera pribadi. Ia menegaskan pemerintah sudah melibatkan DPR, DPD, hingga partisipasi masyarakat. Klarifikasi itu disampaikan usai rumahnya dijarah kelompok orang tidak dikenal pada 31 Agustus 2025 dini hari.

Ekonom Bright Institute Muhammad Andri Perdana mengatakan ini momentum tepat untuk pemerintah berbenah. Ia mencontohkan Inggris yang baru insaf pada 2009, yakni usai skandal besar ketika para anggota parlemen menggunakan uang pajak rakyat untuk kepentingan pribadi.

Inggris akhirnya membentuk Independent Parliamentary Standards Authority (IPSA), sebuah badan yang bertugas menentukan hak keuangan para anggota parlemen. Andri menilai keberadaan komisi khusus yang independen bisa ditiru untuk menetapkan gaji dan tunjangan anggota DPR RI.

"Komisi khusus memiliki formula-formula yang didasari kondisi ekonomi, seperti IHK (indeks harga konsumen) maupun median upah pekerja sektor publik lainnya. Formula ini diundangkan secara formal sehingga tidak bisa seenaknya dinaikkan di luar standar," tuturnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/9).

"Wajar atau tidaknya gaji dan tunjangan anggota parlemen itu semestinya hanya bisa diukur dengan standar khusus yang memperhatikan penghasilan kebanyakan masyarakat umum dan kondisi perekonomian. Agar menunjukkan etos keberadilan dan juga tidak ada konflik kepentingan dalam penentuan gaji dan tunjangan tersebut," tegas Andri.

Misalnya, tunjangan tempat tinggal yang viral karena nominalnya tembus Rp50 juta per bulan. Andri menilai angka yang diambil seharusnya mengacu garis kemiskinan Jakarta, yakni Rp852.768 per kapita per bulan pada Maret 2025.

Kalau pemerintah memang percaya angka yang disajikan Badan Pusat Statistik (BPS), seharusnya besaran tunjangan perumahan DPR RI mengacu data tersebut. Sumbangsih perumahan dalam garis kemiskinan Jakarta terbaru adalah 9,11 persen. Dengan begitu, tunjangan rumah yang seharusnya adalah Rp77.687 per bulan untuk setiap anggota keluarga DPR RI.

"Atau setidaknya mengikuti data Survei Biaya Hidup (SBH) yang mana pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga di Jakarta secara rata-rata tidak lebih dari Rp3,2 juta per keluarga," jelasnya.

Opsi Skema Ideal dan Besaran Tunjangan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER