AS, China, dan Jepang Berebut Kendali Mineral di Afrika

tim | CNN Indonesia
Sabtu, 06 Sep 2025 15:35 WIB
Amerika Serikat, China, dan Jepang berebut untuk menguasai jalur kereta api strategis di Afrika guna mengamankan pasokan mineral kritis negara itu. (AFP/JUNIOR KANNAH).
Jakarta, CNN Indonesia --

Amerika Serikat, China, dan Jepang berebut untuk menguasai jalur kereta api strategis di Afrika guna mengamankan pasokan mineral kritis negara itu.

South China Morning Post (SCMP) melaporkan ketiga negara sedang berlomba untuk membangun koridor atau rute kereta api di Afrika, yang menurut pengamat tidak hanya untuk memindahkan mineral tetapi juga untuk menancapkan pengaruh jangka panjang atas rantai pasok mineral kritis.

Pembangunan koridor ini juga diyakini untuk mengurangi ketergantungan pada saingan.

Persaingan ini terlihat di Kota Kapiri Mposhi, Zambia tengah. Di kota kecil itu, ada tiga koridor milik AS, China, dan Jepang.

Kapiri Mposhi merupakan titik awal dari rute Kereta Api Tazara, koridor China yang menghubungkan wilayah tersebut dengan pelabuhan Samudra Hindia Dar es Salaam di Tanzania.

China, melalui China Civil Engineering Construction Corporation, berniat menginvestasikan US$1,4 miliar untuk merehabilitasi jalur ini dalam model konsesi 30 tahun.

Koridor ini pertama kali dibangun pada 1970-an dengan pinjaman bebas bunga dari China. Jalur ini dirancang untuk mengangkut mineral, terutama tembaga, dari wilayah Copperbelt di Zambia ke pelabuhan untuk ekspor.

Jepang juga ikut membangun koridor di Kapiri Mposhi. Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba baru-baru ini menyatakan ingin berinvestasi di Koridor Nacala guna mengintegrasikan rantai pasok mineral ke Jepang dan Asia.

Koridor Nacala menghubungkan negara-negara tanpa pantai seperti Zambia dan Malawi ke Pelabuhan Nacala di Mozambik. Jalur ini juga mencakup pusat-pusat utama di Zambia, seperti ibu kota Lusaka, yang berjarak sekitar 200 kilometer dari Kapiri Mposhi.

Rute ini telah dikembangkan sejak awal 2010-an. Proyek itu dibuat sebagai alternatif dari jalur yang dikuasai China.

Sementara itu, AS saat ini sedang mendanai peningkatan koridor yang menghubungkan Pelabuhan Lobito ke daerah kaya mineral di Republik Demokratik Kongo dan Zambia. Proyek ini merupakan bagian dari inisiatif G7 untuk menyaingi Belt and Road Initiative China.

Jalur yang dikenal dengan Benguela Railway ini bertujuan memberi alternatif rantai pasok mineral agar tidak bergantung pada China.

Kai Xue, seorang pengacara pertambangan China-Afrika yang berbasis di Beijing, mengomentari persaingan Jepang terhadap rute mineral di Afrika ini.

Menurutnya, salah jika Tokyo merasa bahwa membangun rute alternatif di Afrika bisa mengurangi ketergantungannya pada rantai pasok China.

"China akan terus berinvestasi di tambang baru dan mengoperasikan yang sudah ada di negara-negara di sepanjang rute," katanya.

China mengendalikan sebagian besar pemrosesan tanah jarang dan sebagian besar penyulingan kobalt, nikel, dan lithium.

Sementara itu, Ekonom Pusat Pertumbuhan Internasional London School of Economic Shahrukh Wani mengatakan bahwa negara-negara seperti Jepang dan AS menggunakan koridor alternatif sebagai asuransi.

Kedua negara disebut berusaha mendiversifikasi rute, memperpendek jarak ke pelabuhan, serta mengurangi paparan kemacetan.

Menurut Wani, infrastruktur tidak lagi cuma tentang memindahkan bijih, tetapi juga tentang membentuk jalur pasokan global.

"Dengan mendukung kereta api dan pelabuhan, negara-negara mengunci pengaruh jangka panjang atas lalu lintas mineral," katanya.

(blq/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK