Harga Minyak Lanjut Melemah Imbas Oversupply dan Loyo Permintaan

CNN Indonesia
Jumat, 12 Sep 2025 10:10 WIB
Harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan Jumat (12/9) pagi setelah mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya. ( iStock/zorazhuang).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak dunia kembali turun pada perdagangan Jumat (12/9) pagi setelah mengalami penurunan tajam pada sesi sebelumnya.

Kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan pelemahan permintaan dari Amerika Serikat dan melimpahnya pasokan global menjadi faktor utama pelemahan harga, meski ada potensi gangguan pasokan akibat konflik di Timur Tengah dan perang di Ukraina.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent turun 30 sen atau 0,45 persen ke level US$66,07 per barel. Senada, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 31 sen atau 0,5 persen menjadi US$62,06 per barel.

Pada sesi sebelumnya, kedua acuan tersebut masing-masing anjlok 1,7 persen dan 2 persen.

Penurunan ini terjadi setelah laporan bulanan International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa pasokan minyak global tahun ini akan meningkat lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dipicu oleh rencana peningkatan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), termasuk Rusia.

Dalam laporan terpisah, OPEC mempertahankan proyeksi pertumbuhan permintaan global yang tinggi untuk 2025 dan 2026, dengan menyebut ekonomi dunia masih menunjukkan tren pertumbuhan yang solid.

Keputusan OPEC+ untuk kembali menaikkan kuota produksi mulai Oktober turut menekan harga. Arab Saudi, sebagai pemimpin kelompok tersebut, mendorong peningkatan pasokan guna merebut kembali pangsa pasar global.

Data menunjukkan ekspor minyak mentah Saudi ke China akan melonjak menjadi 1,65 juta barel per hari (bph) pada Oktober, naik dari 1,43 juta bph di bulan sebelumnya.

Analis UBS Giovanni Staunovo menyatakan bahwa pasar masih mempertanyakan sampai kapan China mampu menyerap pasokan minyak dalam jumlah besar dan menjaga level persediaan rendah di negara-negara OECD. Sementara itu, investor juga mencermati potensi sanksi baru terhadap minyak Rusia.

Menurut IEA, pendapatan Rusia dari ekspor minyak mentah dan produk turunannya turun tajam pada Agustus, menjadi salah satu yang terendah sejak awal konflik dengan Ukraina.

Di sisi lain, Rusia juga berencana mengurangi pengiriman minyak ESPO Blend dari pelabuhan Kozmino di Timur Jauh menjadi 4 juta ton metrik (sekitar 1 juta bph) pada September, turun dari 4,2 juta ton pada Agustus.

Dari Amerika Serikat, data inflasi menunjukkan harga konsumen naik pada Agustus dengan laju tercepat dalam tujuh bulan terakhir. Lonjakan klaim tunjangan pengangguran juga meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga minggu depan, yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

Namun demikian, laporan Energy Information Administration (EIA) menyebutkan bahwa stok minyak mentah AS naik sebesar 3,9 juta barel menjadi 424,6 juta barel pada pekan lalu, menambah tekanan terhadap harga.

(ldy/agt)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK