Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berencana untuk mengirim tim ke India guna memverifikasi informasi terkait pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 220 megawatt dengan biaya produksi hanya 3 sen per kilowatt jam (kWh).
Menurut Bahlil, informasi tersebut menarik perhatian pemerintah karena efisiensi biaya yang sangat rendah bisa menjadi peluang besar bagi Indonesia dalam memperluas investasi energi baru terbarukan (EBT), khususnya tenaga surya.
"Saya baca salah satu media, di India ada pembangunan PLTS 220 megawatt dengan biaya hanya 3 sen. Kalau itu benar, saya lagi mengirim tim untuk mengecek ke sana," ujar Bahlil dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) di JCC, Jumat (10/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahlil menilai jika biaya pembangunan itu memang realistis dan bisa direplikasi, maka Indonesia berpotensi melakukan percepatan masif pembangunan PLTS di seluruh pelosok daerah dengan biaya jauh lebih efisien.
Lihat Juga : |
"Kalau itu benar, maka saya pikir ini sebuah hal yang bisa kita elaborasi untuk kita lakukan di Indonesia," tambahnya.
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah tengah menghitung secara detail rencana besar pembangunan solar panel berkapasitas satu megawatt di setiap desa. Program ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong kemandirian energi nasional berbasis EBT.
"Sekarang kita sedang menghitung betul. Kalau satu megawatt solar panel di setiap desa, sementara desa kita ada sekitar 80 ribu, berarti totalnya 80 ribu megawatt atau 80 gigawatt," kata Bahlil.
Ia menambahkan, arahan Presiden bahkan menargetkan pembangunan 80 hingga 100 gigawatt kapasitas PLTS dalam jangka menengah, dengan menggandeng investor domestik dan luar negeri.
"Tahap hitungannya sudah hampir final, sekarang masih di angka 6, 7 sampai 8 sen. Tapi kalau teknologi 3 sen dari India itu bisa kita adaptasi, tentu akan lebih efisien dan mempercepat pemerataan energi bersih," ungkapnya.
Bahlil menegaskan bahwa pengembangan energi surya ini merupakan bagian dari upaya besar pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan energi nasional sekaligus mendukung target net zero emission (NZE) pada 2060.
"Ini bukan hanya soal proyek energi, tapi soal masa depan Indonesia yang lebih mandiri dan ramah lingkungan," tutupnya.
(ldy/agt)