Bea Cukai Sudah Tindak Hampir 1 Miliar Batang Rokok Ilegal
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menindak 954 juta batang rokok ilegal hingga Oktober 2025.
Suahasil mengatakan jumlah rokok ilegal yang berhasil ditindak meningkat sebesar 40,9 persen dibandingkan penindakan rokok ilegal pada Oktober 2024. Rokok-rokok ilegal itu ditemukan melalui 15.845 penindakan.
"Rokok ilegal yang ditegah adalah 954 juta batang, hampir 1 miliar batang, di dalam penindakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai, bekerja sama dengan seluruh instansi lain yang terkait," kata Suahasil pada jumpa pers APBN Kita di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (20/11).
Dari 954 juta batang tersebut, sebanyak 73,8 persen termasuk ke dalam jenis sigaret kretek mesin (SKM), 20,8 persen termasuk ke dalam jenis sigaret putih mesin (SPM), dan jenis lainnya sebanyak 5,4 persen.
Meski begitu, Suahasil mengakui jumlah rokok ilegal yang sudah ditindak masih jauh dibandingkan jumlah rokok ilegal yang beredar di pasaran.
"Tapi kalau kita bandingkan dengan estimasi rokok ilegal yang ada di luar, ini masih sangat di bawah. Karena estimasi rokok ilegal itu setidaknya antara 7 sampai 10 persen rokok ilegal beredar di pasaran," jelas Suahasil.
Dalam kesempatan yang sama, Suahasil juga menyampaikan realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp249,3 triliun per Oktober 2025. Angka ini meningkat 7,6 persen dibandingkan Oktober 2024.
Lebih lanjut, ia menjelaskan lebih detail realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai per Oktober 2025 dibandingkan Oktober 2024.
Lihat Juga : |
Pertama, cukai sebesar Rp184,2 triliun yang naik sebesar 5,7 persen yang telah memenuhi 75,4 persen dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
"Terdiri dari cukai Rp184,2 triliun, 75,4 persen dari target APBN. Secara penerimaan dia lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, lebih tinggi 5,7 persen. Namun, kita lihat bahwa produksi cukai hasil tembakaunya itu sedikit di bawah tahun lalu. Jadi tahun ini sudah diproduksi 258,4 miliar batang, dan itu 2,8 persen di bawah tahun lalu," ujar Suahasil.
Kedua, bea keluar sebesar Rp24 triliun yang naik sebesar 69,2 persen yang telah memenuhi 537,4 persen dari target APBN.
"Bea Keluar sudah terkumpul Rp24 triliun. Ini karena kita ada kenaikan harga CPO, tadi ditunjukkan oleh Pak Menteri di depan. Harga CPO berfluktuasi tapi ada kenaikan dan volume ekspor sawit juga meningkat, serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga yang sudah kita lakukan Maret sampai September," tambahnya.
Ketiga, bea masuk sebesar Rp41 triliun yang turun sebesar 4,9 persen dibandingkan yang telah memenuhi 77,5 persen dari target APBN.
"Bea Masuk, penerimaannya sudah Rp41 triliun, 77,5 persen dari target APBN. Ini kalau kita lihat pertumbuhannya dibandingkan tahun lalu, sedikit kontraksi 4,9 persen di bawah tahun lalu karena penurunan bea masuk dari komoditas pangan dan utilisasi free trade agreement," kata Suahasil.
(fln/dhf)