Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menilai KA Kilat Pajajaran akan sulit dioperasikan dengan waktu 1,5 jam jika tidak dibangun terowongan baru.
"Jakarta- Cikampek sudah satu jam. Apakah mungkin Cikampek - Bandung sejam padahal jalannya jalur kelok-kelok. Kemudian ada jembatan, ada terowongan. Terowongannya satu lagi. Kecuali buat terowongan baru, kemudian jalannya kalau diluruskan," kata Djoko.
Djoko mengatakan Kilat Pajajaran bisa saja dioperasikan tetapi perlu membangun terowongan baru yang membutuhkan anggaran besar. Ia mengatakan tidak masalah jika pemprov Jabar berani menggunakan APBD untuk KA Kilat Pajajaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia menilai anggaran untuk KA Kilat Pajajaran lebih baik digunakan untuk hal lain, seperti perbaikan jalan-jalan rusak. Apalagi moda transportasi Jakarta-Bandung sudah banyak.
"Jawa Barat Selatan itu perlu infrastrukturnya, untuk bangun jalan-jalan ke desa. Angkutan pedesaan itu lebih diutamakan manfaatnya karena Jakarta-Bandung kan sudah ada kendaraan lainnya, bisa naik bus, bisa jalan tol, bisa naik Whoosh," katanya.
Karenanya, ia menilai KA Kilat Pajajaran tidak perlu dibangun, apalagi untuk bersaing dengan Whoosh. Dana APBD lebih mendesak untuk reaktivasi jalur kereta api di Jawa Barat.
"Yang jelas itu enggak mungkin dalam kondisi sekarang dicapai. Percuma duitnya, duitnya untuk yang lainnya saja, untuk bangun reaktivasi di Jawa Barat. Itu lebih baik daripada hanya untuk bersaing sama Whoosh, ngapain bersaing sama Whoosh," katanya.
(pta)