Jakarta, CNN Indonesia -- Selama ini penggunaan alat kontrasepsi masih dipandang sebagai tugas perempuan. Padahal, saat ini setidaknya sudah ada dua pilihan alat kontrasepsi bagi pria, yaitu kondom dan vasektomi.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991-2012, pada 2012, penggunaan alat kontrasepsi pria hanya 2 persen, yang terdiri dari 0,2 persen vasektomi dan 1,8 persen penggunaan kondom. Jumlah ini sudah meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2007 di mana penggunaan kontrasepsi pria hanya 1,5 persen.
Namun, vasektomi ternyata paling banyak dilakukan pada 1994, yaitu sebesar 0,7 persen. "Data menunjukkan saat ini pria Indonesia lebih memilih menggunakan kondom daripada melakukan vasektomi," ujar Kepala Sub Bidang KB Pria Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Edy Purwoko saat diwawancarai CNN Indonesia lewat telepon, Selasa (23/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data tersebut menunjukkan 98 persen penggunaan alat kontrasepsi masih didominasi perempuan. "Padahal kontrasepsi untuk perempuan cenderung memengaruhi hormon dan menyebabkan berbagai efek samping. Sementara kondom dan vasektomi aman tanpa efek samping," kata Edy.
Edy menepis anggapan yang beredar bahwa vasektomi menyebabkan impotensi. Menurutnya, vasektomi layak dipertimbangkan sebagai cara pencegahan kehamilan bagi keluarga yang sudah tidak ingin punya anak.
Edy mengatakan ada tiga daerah yang jumlah operasi vasektomi termasuk tinggi, yaitu Situbondo (Jawa Timur), Ciamis (Jawa Barat), dan Padang (Sumatera Barat). Sementara, daerah-daerah yang masih sangat kurang jumlah vasektominya adalah daerah timur Indonesia, seperti Sulawesi. "Daerah tersebut masih belum memiliki fasilitas yang memadai," kata Edy.
Demi tercapainya target pria melakukan vasektomi sebanyak 0,3 persen, Edy berpendapat perlu adanya komitmen pemerintah daerah, infrastruktur yang memadai, dukungan dana penggerakan dari BKKBN, serta motivasi dari para pria yang telah melakukan vasektomi. "Misalnya, di Belitung Timur ada program pemberian dana insentif Rp 1 juta kepada pria yang melakukan vasektomi," katanya.
Saat ini, Bambang Prajogo, peneliti Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya tengah mengembangkan pil KB pria bernama Gendarussa. Asalnya dari Justicia gendarussa, tanaman perdu yang banyak tumbuh di Papua. Adapun, Gendarussa sedang dalam tahap uji klinis.
Edy menyambut positif penelitian tersebut. "Penelitian ini patut dikembangkan karena menawarkan suatu alternatif untuk kontrasepsi pria,"katanya. Namun, ia mengatakan bila nantinya pil ini dipasarkan ke masyarakat, perlu strategi pemasaran yang bagus. "Jangan sampai harga Gendarussa jauh lebih tinggi dibandingkan pil KB perempuan," tuturnya.