Rokok Elektrik Diragukan Efektivitasnya

CNN Indonesia
Selasa, 23 Sep 2014 09:13 WIB
Dari hasil penelitian terbaru terhadap pasien kanker yang merokok ditemukan bahwa mereka yang menggunakan rokok elektrik mengalami ketergantungan nikotin yang lebih tinggi.
Rokok Elektrik
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdebatan sengit soal efektivitas rokok elektrik dalam membantu orang untuk berhenti merokok terus berlanjut.

Dari hasil penelitian terbaru terhadap pasien kanker yang merokok ditemukan bahwa mereka yang menggunakan rokok elektrik mengalami ketergantungan nikotin yang lebih tinggi.

Ketergantungan ini berimbas pada kecilnya kemungkinan perokok untuk berhenti merokok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ilmuwan di balik penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal American Cancer Society tersebut kemudian mempertanyakan apakah rokok elektrik benar-benar memiliki manfaat untuk membantu pasien berhenti merokok.

Penelitian yang dipimpin Jamie Ostroff dari Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York ini mempelajari 1074 pasien kanker yang merokok dan terdaftar di antara tahun 2012 dan 2013 dalam program pengobatan kecanduan tembakau.

Dari penelitian ini ditemukan adanya peningkatan penggunaan rokok elektrik sebesar tiga kali lipat, dari 10,6 persen menjadi 38,5 persen sepanjang tahun 2012 hingga 2013.

Namun laporan penelitian tersebut diragukan oleh peneliti tembakau dan kecanduan lain karena faktor pemilihan sampel penelitian yang dapat menimbulkan bias.

Robert West, kepala pusat penelitian tembakau di University College London, mengatakan penelitian itu tidak dapat digunakan untuk menilai efektivitas rokok elektrik dalam membantu pasien berhenti merokok.

"Karena sampel yang diambil terdiri dari pengguna rokok elektrik yang sudah gagal dalam upaya berhenti merokok, sehingga semua orang yang akan berhasil dikesampingkan," katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Peter Hayek, kepala pusat penelitian kecanduan tembakau di Queen Mary University of London.

"Para peneliti hanya menindaklanjuti pengguna rokok elektrik yang mencoba berhenti merokok tetapi gagal, mereka tidak mengesampingkan perokok yang telah mencoba rokok elektrik dan berhasil berhenti merokok," ungkap Peter.

Penggunaan rokok elektrik sebagai bentuk terapi kecanduan rokok masih cukup baru di dunia medis. Perdebatan antara potensi risiko dan manfaat rokok elektrik masih terus berlangsung hingga saat ini.

Masih sedikit bukti ilmiah tentang keselamatan pengguna rokok elektrik dalam jangka panjang. Beberapa ahli mengkhawatirkan rokok elektrik akan menyebabkan kecanduan nikotin dan menjadi pintu gerbang menuju konsumsi rokok tembakau.

Sementara itu, pihak lain menganggap rokok elektrik berpotensi membantu jutaan perokok di seluruh dunia untuk berhenti merokok.

Meningkatnya pengguna rokok elektrik

Di Amerika Serikat, pengguna rokok elektrik pada siswa Sekolah Menengah Atas meningkat hingga 10 persen pada 2012, dan sekitar 3,4 persen pada orang dewasa di Amerika pada 2011.

Sementara itu, di Inggris pengguna rokok elektrik meningkat dari 700 ribu pada 2012 menjadi 2.1 juta pada 2013. Sekitar 60 persen perokok elektronik adalah perokok dan sebagian besar sisanya adalah mantan perokok.

Mayoritas perokok yang mencoba rokok elektrik masih terus menghisap rokok tradisional.

Pemasaran perangkat rokok elektrik saat ini terus merangkak naik sejak penemuan alat hisap itu di Tiongkok pada 2003. Sebagian besar perangkat ini diproduksi di Tiongkok.

Rokok elektrik telah berkembang pesat dengan pemasaran gencar, sama seperti cara mempopulerkan rokok pada era 1950-an sampai dengan 1960-an. Sementara itu, Parlemen Eropa mengeluarkan aturan tentang rokok elektrik pada Februari 2014.

Benda itu harus memenuhi standardisasi, seperti pemakaian cairan, alat penguap pribadi, informasi bahan yang dipakai, serta keamanan pada anak. Food and Drug Administration juga menerbitkan usulan regulasi rokok elektrik pada April 2014.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER