Jakarta, CNN Indonesia -- Batik mengacu pada pewarnaan kain dengan memakai malam atau lilin dari ekskresi tumbuh-tumbuhan. Teknik ini sebetulnya merupakan bentuk seni kuno. Nusantara telah mengenal teknik ini kala Majapahit berkuasa.
Batik yang dihasilkan adalah jenis batik tulis sampai pada awal abad ke-20. Batik cap mulai dikenal sekitar tahun 1920-an.
Melewati ribuan masa batik hingga kini masih terus bertahan. Ini tak lepas atas jasa para desainer Indonesia. Batik tidak hanya diperdagangkan di pasar-pasar tradisional, tapi telah masuk di mal-mal modern.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para perancang Indonesia tak bosan-bosan berkreasi dengan sepotong kain batik. Ini adalah desainer Indonesia yang bangga dan tak pernah bosan menghidupkan batik, tidak hanya di Tanah Air tapi juga di panggung fesyen internasional.
Iwan Tirta Kiprah Iwan Tirta begitu berkilau ketika batik rancangannya digunakan sebagai pakaian tradisional yang dikenakan kepala negara pada pertemuan APEC tahun 1994.
Iwan yang lulusan Yale University, Amerika Serikat ini tertarik mengenal batik sejak dia menerima dana hibah dari John D. Rockefeller the Third untuk mempelajari tarian keraton Kasunanan Surakarta.
Semenjak itu, hingga akhir hayatnya Iwan mengembangkan batik khas Indonesia. Dia juga memberikan pendidikan batik, melakukan penelitian tentang batik, hingga mempromosikannya ke kancah internasional.
Kesadaran terhadap batiknya memuncak pada 1966. Saat itu Iwan menyelesaikan sebuah buku berjudul
Batik Pattern and Motifs. Buku itu merinci aspek historis dan sosiologis batik.
Iwan yang begitu mengenal desain batik istana, mengubah beberapa pola kerajaan menjadi karya batik yang membuat orang tercengang-cengang. Karya batiknya meskipun modern tapi tetap berpegang pada pakem desain batik khas Indonesia.
Ghea PanggabeanKecintaannya pada dunia fesyen sudah tak diragukan lagi. Perancang ini mengenyam pendidikan fesyennya di Lucie Clayton College of Dress Making Fashion Design pada 1976 - 1978, dan melanjutkan ke Chelsea Academy of Fashion, London pada 1979.
Setelah menyerap begitu banyak ilmu tentang merancang busana dari luar, Ghea justru merintis kariernya di Tanah Air dengan mengangkat motif kain tradisional. Kecintaannya kepada Indonesia tak diragukan lagi.
Salah satu kreasinya Ghea mengembangkan Batik Garut dan Batik Kudus. Dia memadukan kain batik dengan atasan kebaya khas rancangannya. Ghea bermain dengan batik Kudus dengan memberikan corak yang dipengaruhi oleh budaya Tionghoa.
Sambutan hangat tidak hanya dia terima di Tanah Air, di luar negeri pun pujian terus mengalir ketika Ghea mengemas kain tradisional di dalam sebuah peragaan busana di Kota Milan.
Di negeri yang menjadi kiblat mode tersebut rancangan Ghea dipuji, salah satunya oleh General Manager Alta Roma yang merupakan Asosiasi Mode dan Perancang Busana di Roma, Italia.
CarmanitaDarimana minat besar Carmanita pada Batik berasal? Perancang asal Bandung ini berasal dari keluarga pengrajin batik di Jawa Tengah. Dia kembali ke Tanah Air pada 1980 setelah menyelesaikan pendidikan di University of San Fransisco setelah mengambil studi keuangan.
Pulang ke Indonesia, dia semakin tertarik menekuni bidang yang telah sekian lama digeluti leluhurnya, yaitu membuat batik. Label Carmanita menjelajah jauh sampai ke benua Eropa.
Seperti di Departemen Store Harrods, dia juga memamerkan karyanya di Eropa, Amerika Serikat, Afrika, dan Jepang.
Kreasi batiknya bahkan melewati batas imajinasi para perancang. Carmanita menoreh Batik mulai dari di atas kain lycra, mobil Mercedes hingga ban mobil. Tak ada batas bagi kreasi desain batik untuknya.
Dalam rangka perayaan Mercedes Benz di Indonesia, Carmanita menghadirkan mobil dengan motif Sekar Jagad dengan teknik cat semprot. Selain itu GT Radial juga juga meminta Carmita mendesain ban mereka dengan motif Parang Lereng. Ban tersebut langsung dicetak dan diproduksi di pasar internasional.
RamliLelaki ini lahir membawa nama Ramli Sarwi Gozali Kartowidjojo. Di dunia fesyen Tanah Air, dia cukup dipanggil dengan Ramli. Dunia fesyen telah dia tekuni sejak 1975.
Ramli memang dikenal dengan rancangannya yang memakai kain-kain tradisional Indonesia seperti batik, bordir, kain songket, dan tenun ikat.
Pada awal 80-an, Ramli keluar dengan rancangan batik yang agak
nyeleneh. Dia merancang batik menjadi jaket batik beristleting, bolero batik, dan gaun pesta. Ini adalah kreativitas di luar pakem, karena batik sebelumnya hanya sebatas kain untuk kebaya.
Desainer ini dikenal karena menghadirkan batik dalam sentuhan modern dan global. Setiap lini kehidupan kini dapat memakai batik, salah satunya atas jasa Ramli.
Dia merancang sehelai batik menjadi aneka busana kasual, busana kantor, pakaian perempuan terusan, gaun malam, kebaya, tunik, abaya, sampai gamis. Busana batik untuk lelaki juga dia pikirkan.
Baju koko, kemeja, jaket batik beritsleting, juga jas ala Nehru adalah beberapa ide Ramli yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Danar HadiSosok di balik nama besar merek fesyen Danar Hadi adalah Santosa Doellah. Lelaki yang loyal membesarkan batik ini merintis rumah modenya sejak 1976. Lelaki ini belajar batik sejak usianya 15 tahun dari keluarga kakeknya R.H. Wongsodinomo.
Awalnya usaha Santoso Doellah hanya berisi 20 karyawan. Terdiri dari pembatik, pencelup, dan penggambar motif. Awal usaha rumah mode Danar Hadi adalah memproduksi batik tulis motif Wonogiren.
Batik tersebut diminati pasar. Dia terus mengembangkan industri batiknya. Pada 1970 Santosa mendirikan sentra usaha batik di Sragen Jawa Tengah. Bisnis Santosa terus mengembangkan gurita usahanya.
Pada 1990 dia mendirikan perusahaan pemintalan benang katun PT Kusuma Putra Santosa, yang dilengkapi mesin mutakhir buatan Eropa dan Jepang.
Batik Danar Hadi pun merambah mancanegara. Sejumlah outlet di luar negeri seperti Singapura dan di Jeddah. Secara rutin batik Danar Hadi telah diekspor ke Amerika Serikat, Italia, dan Jepang.
Berkat Danar Hadi, batik telah berkembang menjadi busana sehari-hari, busana siap pakai, busana pesta. Atas jasa dan loyalitasnya menciptakan motif batik, sang pemilik Santosa dianugerahi gelar Empu Batik oleh Institut Seni Indonesia Surakarta pada 2012.