Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, maka Indonesia memiliki peraturan yang sangat ketat mengenai makanan dan minuman, terutama sertifikasi halal.
Maka dari itu, dengan banyaknya tuntutan dari para pengusaha pameran ini juga akan menghadirkan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) yang akan memberikan penjelasan mengenai prosedur-prosedur pangan di Indonesia, juga prosedur halal di Indonesia.
Di satu sisi peraturan pangan yang rumit ini membuat para produsen lokal terutama UKM di Indonesia kesulitan untuk memproduksi makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Peraturan pangan di Indonesia terus berubah, hal ini menuntut para pelaku industri pangan harus memformulasikan kembali produk-produk mereka,” kata wakil ketua GAPMMI Lena Prawira dalam pernyataannya pada acara konfrensi pers Food Ingredients Asia 2014 di Hotel Mulia, Jakarta, pada Rabu (01/10).
Meskipun sampai saat ini belum ada standar-standar khusus yang mengatur banyaknya jumlah garam atau jumlah lemak, tetapi saat ini para produsen harus memasukkan informasi kandungan produk mereka.
Selain itu produsen harus mencantumkan peringatan-peringatan atas akibat dari mengkonsumsi produk tersebut, contohnya konsumsi garam di atas 10 gram akan menyebabkan hipertensi.
Di sisi lain di balik kerumitannya menurut Rose Indonesia memiliki sertifikasi halal yang sangat baik. “Sertifikasi halal di Indonesia ini sangat baik, sehingga produk-produk yang diproduksi di Indonesia akan mudah dipasarkan di tempat lain, terutama di Timur Tengah,” kata Rose.
Namun Lena sendiri mengungkapkan kekhawatirannya mengenai undang-undang terbaru mengenai sertifikasi halal.
“Undang-undang ini sampai sekarang belum diinformasikan secara jelas oleh DPR, yang dikhawatirkan adalah tidak hanya berdampak pada produk makanan dan minuman, tetapi juga barang-barang yang digunakan seperti tas, sepatu, dan lain-lain,” kata Lena.
Pihak GAPMMI sendiri mengakui bahwa mereka memiliki ketakutan sendiri atas kemampuan UKM dalam menghadapi standar-standar yang ketat ini, karena yang menjadi tantangan adalah bagaimana membuat Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga bisa mengekspor produknya ke negara lain.