PENELITIAN KESEHATAN

Terapi Sel Punca Harapan Bagi Pasien Kebutaan

CNN Indonesia
Rabu, 15 Okt 2014 10:18 WIB
Setelah tiga tahun penelitian, terapi pengobatan sel punca untuk hilangnya penglihatan karena degenerasi makula dinyatakan aman.
Ilustrasi mata (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah tiga tahun penelitian, terapi pengobatan sel punca untuk hilangnya penglihatan karena degenerasi makula dinyatakan aman. Penglihatan sebagian besar pasien membaik setelah menjalani terapi sel punca. 

Seperti dilaporkan dari laman The Guardian, pasien dengan penyakit mata rusak yang menjalani terapi sel induk embrio menunjukkan peningkatan pada penglihatan.

Para ilmuwan melaporkan, tidak ada efek samping besar sejak mereka menjalani pengobatan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya ada kekhawatiran jika sel-sel ditolak oleh sistem kekebalan tubuh, atau terlalu aktif dan tumbuh menjadi tumor. Namun setelah memantau pasien selama tiga tahun, para peneliti mengatakan pengobatan tersebut aman.

Penelitian difokuskan pada 18 pasien yang mengalami degenerasi makula. Tidak ada pengobatan efektif bagi penyakit ini, sementara dia telah menjadi penyebab utama kebutaan pada orang dewasa dan anak-anak di negara maju.

Sembilan pasien dengan panyakit penglihatan distrofi makula Stargardt dan sembilan dengan atrofi kering degenerasi makula terkait usia mendapatkan suntikan 50 ribu sampai 150 ribu sel pigmen retina di belakang retina mata mereka yang menderita kerusakan paling parah.

Sel-sel pigmen diciptakan di laboratorium dengan memakai sel induk embrio manusia (hESCs) dengan bahan kimia yang dapat mengubahnya menjadi sel-sel retina.

"Sebagian besar penglihatan pasien membaik setelah transplantasi sel. Secara keseluruhan, penglihatan pasien meningkat sekitar tiga baris pada grafik ketajaman visual standar," kata Robert Lanza, Kepala Ilmiah Advanced Cell Technology, perusahaan yang mendanai penelitian.

"Sedangkan sesama mata yang tidak diobati tidak menunjukkan perbaikan ketajaman visual serupa. Pasien melaporkan perkembangan signifikan dalam penglihatan umum dan dalam kegiatan jarak dekat dan jarak jauh," kata Lanza.

Mereka yang menjalani terapi

Lanza mengatakan, salah seorang pasien, peternak kuda berusia 75 tahun dari Kansas mengalami kebutaan. Satu bulan setelah terapi, penglihatannya membaik 10 baris, dan dia dapat menunggang kuda lagi. Pasien lainnya dapat menggunakan komputer dan membaca jam tangan.

Di jurnal medis The Lancet, ilmuwan mengatakan pasien telah menoleransi sel yang ditanam tersebut selama lebih dari 37 bulan. Tak ada bukti hiper-proliferasi atau penolakan sel-sel selama periode 22 bulan menurut para ilmuwan.

"Hasil penelitian kami menunjukkan hESCs berhasil mengubah kehilangan penglihatan progresif pada orang dengan penyakit degeneratif yang memerlukan perbaikan atau penggantian jaringan ," kata Profesor Steven Schwartz, seorang pemimpin penelitian dari Jules Stein Eye Institute di Los Angeles.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER