Jakarta, CNN Indonesia -- Robin Dutheil mungkin jadi kontak yang wajib dimiliki masyarakat Jakarta. Ia hafal betul rute-rute angkutan kota di Ibu Kota. Pria asal Perancis itu sering dihubungi kawannya hanya untuk ditanya: dari A ke B naik apa? Robin selalu punya jawaban, dan ia tak pernah bosan membantu.
Sampai suatu saat, celetukan kawan sekantor di sebuah perusahaan Jepang menyadarkan Robin. “Kenapa dia yang orang Jakarta, lahir dan bertahun-tahun tinggal di Jakarta, malah tanya ke kamu yang bule? Kamu kan baru beberapa tahun di Indonesia,” ujar kawannya berkomentar.
Dari celetukan itu, muncul guyonan cerdas. “Kenapa enggak bikin peta yang ada angkutan umumnya di situ?”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan latar belakang studi di bidang teknologi di Perancis, Robin memodifikasi ide itu. Daripada membuat peta di kertas, katanya, mengapa bukan aplikasi di ponsel?
Pikiran itu terus menghantuinya. Robin pun memutuskan mewujudkan ide itu bersama sebuah tim kecil yang dibentuknya. November 2013, Robin dan timnya ikut kompetisi blog. Ia menuangkan idenya membuat aplikasi rute angkutan umum di Jakarta. Kopaja, Metromini, Mikrolet, Transjakarta, KRL, semua masuk dalam aplikasinya. Appaja, begitu ia menamai karyanya.
Tak dinyana, Appaja menang dua kategori sekaligus. “Kami juara satu di
challenge dan
overall,” ujarnya saat diwawancarai CNN Indonesia, Selasa (28/10). Total, Robin mendapat hadiah uang tunai sebesar US$ 1800 atau sekitar Rp 22 juta. Sisanya, hadiah sampingan.
Dengan modal itu, Robin memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai kepala divisi bidang programming di Adways, dan fokus mengerjakan Appaja. Hingga kini, versi stabil pertama Appaja sudah mencapai 90 persen. “Tapi masih banyak fitur yang mau dibangun lagi,” katanya.
Didukung AhokSoal Appaja, ia bahkan mengaku sudah bertemu pelaksana teknis Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Awal Mei lalu, Robin menemuinya di Balai Kota DKI Jakarta. Kata Robin, jawaban Ahok sangat memuaskan. Ia didukung penuh.
Robin bahkan masih ingat betul perkataan Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur itu memuji Robin dengan kata-kata penuh semangat dan mata menyala-nyala, seperti biasa saat ia sedang sumringah.
“Pak Ahok bilang bagus banget. Terus dia tanya sama saya, apa aplikasi ini bisa buat lapor kalau ada halte bus penuh atau evaluasi bus kota? Tentu saja ada. Lalu dia bilang, 'Ah ini bagus. Kalau gue tahu ini, gue bisa hajar mereka!'. Hahaha,” kata Robin bercerita.
Setelah Ahok, Robin juga menemui Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Dari situ, ia mendapat buku tebal berisi rute-rute angkutan kota di Jakarta. “Itu sangat memudahkan saya,” ucap Robin. Ia juga mengaku didukung penuh. Apapun yang dibutuhkan, ia tinggal minta.
Namun, Robin tak mau bermanja-manja. Ia ingin aplikasinya menjadi milik warga Jakarta, bukan salah satu instansi. Saat bertemu petinggi Transjakarta, ia justru mengalami kendala. Kata Robin, tanggapan yang ia dapat cukup dingin. “Malah ditanya, apa untungnya buat kami?” ujarnya lagi.
Cara membantu IndonesiaRobin mengaku, keseriusannya membuat Appaja didasari rasa cintanya pada Indonesia. Misinya sederhana. Bukan mencari keuntungan, melainkan ingin membantu warga Jakarta. Ia bahkan pernah menolak beberapa investor karena merasa tidak cocok. Mereka terlalu berorientasi pada profit.
“Saya susah membantu orang Indonesia. Saat pilpres kemarin, saya enggak bisa ngapa-ngapain karena WNA. Saya ingin memilih presiden tapi enggak punya hak suara. Hanya dengan Appaja, cara saya membantu Indonesia,” tutur Robin bijaksana.
Ia sendiri menjadi pengguna setia aplikasinya. Robin mengaku, ke mana-mana ia selalu naik angkutan umum massal. Itu yang membuatnya hafal rute-rute angkutan di Jakarta.
“Paling jauh, saya pernah ke Depok dan Tangerang. Dulu sekali, empat tahun lalu saya ke Tangerang naik AC 34, Mayasari Bhakti. Saya gampang ingat dan cepat hafal sama rute,” ia menuturkan. Hafalannya itu, ditambah bantuan buku rute dari Dishub, tertuang dalam Appaja.