Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Muhammad Choirudin Syah (25) mungkin kurang familiar di telinga. Namun beberapa waktu lalu, pria berperawakan kurus ini berhasil menjadi juara pertama dalam kompetisi barista internasional
Vergnano 2014 di Paris, Perancis.
Di kompetisi tersebut pria yang akrab disapa Irul ini berhasil menumbangkan enam pesaingnya yang berasal dari berbagai negara di Eropa seperti Italia, Polandia, dan Belarusia. Sungguh prestasi yang luar biasa.
"Saya tidak pernah menyangka akan menang, saya pikir masuk tiga besar saja sudah cukup membanggakan," kata Irul kepada CNN Indonesia, kemarin Jumat (31/10). “Awalnya menjadi barista pun lebih karena tuntutan pekerjaan.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wajar bila ia tak menyangka akan meraih juara pertama, pasalnya ini adalah kali pertama Irul mengikuti kompetisi di tingkat dunia. Selain itu bisa dibilang Irul bukanlah orang yang sudah malang melintang di dunia kopi selama bertahun-tahun.
Awal mula Irul menekuni
profesi barista, saat tiga tahun lalu ia diharuskan oleh perusahaan tempat bekerjanya untuk meracik kopi dengan mesin espresso. Sebelumnya, Irul adalah baker yang lebih banyak bergelut dengan tepung roti dan oven.
Ketertarikan terhadap dunia kopi semakin terdongkrak sejak kurang lebih setahun lalu ia memutuskan untuk pindah kerja. Di tempat kerjanya yang baru, Irul menjadi seorang barista yang bertugas meracik kopi pesanan para pelanggan.
Berprofesi sebagai barista, Irul serius melakukan tugasnya. Ketekunan dan ketelatenan dalam mencari serta mempelajari seluk beluk barista akhirnya berbuah di kesempatan untuk ikut bertanding dalam kompetisi barista tingkat internasional.
"Saat pertama tiba di Paris saya langsung minta ditunjukkan mesin kopi, bukan Menara Eiffel," kata Irul sembari terbahak. Ia tak canggung menyebut dirinya sebagai pribadi yang ambisius. Demi menang, ia serius melakukan segenap persiapan menjelang kompetisi.
Selama tiga bulan, ia mempersiapkan diri. Bahkan sebulan menjelang kompetisi ia menambah porsi latihannya dari semula dua kali seminggu, menjadi lima kali seminggu. "Setiap latihan durasinya empat sampai lima jam," kata pria berdarah Jawa.
Tak hanya itu, walaupun mengakui dirinya belum terlalu lama menyukai kopi, Irul tak segan untuk mengonsumsi espresso sekitar tujuh gelas per hari demi menajamkan indra pengecap dan indra penciumannya.
Konsistensi Irul dalam berlatih juga diungkapkan oleh Erie Santausa, pelatih barista. Si anak didik, menurut Erie, memiliki kepercayaan diri tinggi serta motivasi kuat untuk menang. "Tanpa sepengetahuan saya pun ternyata dia juga berlatih sendiri," kata Erie.
Racikan kopi harus konsistenProfesi barista kadang dipandang sebelah mata, tak lebih dari tukang bikin kopi. Irul menyanggah pandangan miring ini. Baginya, barista dituntut memiliki ketelitian dan kecermatan sangat tinggi, agar dapat menghasilkan seduhan kopi optimal.
Seni meracik kopi, menurut Irul, berbeda dengan memasak. Racikan kopi benar-benar tepat karena kopi yang sudah diracik tidak bisa dicicip terlebih dulu layaknya masakan. "Kalau asal-asalan, espresso bisa
bad shot dan harus dibuang,” ujarnya.
Bad shot adalah sebutan untuk espresso yang tidak layak disajikan. Misalnya, gosong karena air terlalu panas, atau terlalu pahit akibat takaran kurang tepat. Pencinta kopi mana pun tak akan sudi menyesap
bad shot.Konsistensi racikan kopi, menurut Irul, harus dikuasai barista. Intinya, barista harus mampu menyajikan seluruh pesanan pelanggan dengan cita rasa yang benar-benar sama tanpa harus mencicipinya terlebih dahulu.
Kepada barista-barista di seluruh Indonesia, terutama yang terbilang junior, Irul berpesan supaya tidak berkecil hati. Ia menghimbau agar para barista terus mengasah kemampuan dan kepekaan lidah supaya daat menjadi barista handal.