WABAH EBOLA

Cegah Ebola, 29 WNI dari Liberia Diawasi

CNN Indonesia
Minggu, 02 Nov 2014 13:15 WIB
Kementerian Kesehatan sedang memeriksa 2 dari 29 WNI dari Liberia yang diduga mengidap Ebola. Keduanya kini sedang dirawat di Kediri dan Madiun, Jawa Timur.
Pemerintah sedang mengawasi kesehatan 29 WNI yang baru berkunjung ke Liberia dan kembali pada 26 Oktober lalu (Reuters/Philippe Wojazer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan sedang mengawasi 29 warga negara Indonesia (WNI) yang baru kembali dari Liberia guna mencegah penyebaran virus Ebola yang menjadi epidemi di kawasan Afrika Barat.

Nama 29 warga itu tidak dipublikasikan oleh Kemenkes untuk menjaga privasi mereka.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama berkisah, ia bertemu dengan 29 WNI ini di bandara Abu Dhabi untuk transit selama 7 jam. “Saya dari pertemuan WHO di Jenewa, Swiss, mereka dari Liberia,” kata Tjandra. Liberia merupakan negara dengan epidemi Ebola terbesar, diikuti Guinea dan Sierra Leone.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tjandra dan 29 WNI ini akhirnya satu pesawat menuju Jakarta dan tiba pada 26 Oktober 2014.

Sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta, petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan memeriksa kesehatan seluruh warga Indonesia yang baru datang dari Liberia itu. Berdasarkan pemeriksaan tidak ada seorang pun yang sakit. Namun, mereka dibekali kartu khusus sebagai tanda waspada penyakit menular.

Mereka akhirnya pulang ke kampung halaman masing-masing. Sebanyak 26 orang ke Madiun dan 3 orang ke Kediri, Jawa Timur.

Selama 21 hari setelah kembali ke Indonesia, mereka akan diawasi oleh Dinas Kesehatan setempat. Keluarga dan teman dekat mereka juga ikut diawasi.

Ternyata, beberapa hari setelah pulang ke Indonesia, ada dua orang asal Kediri dan Madiun yang mengalami panas tinggi. Satu orang didiagnosis positif Malaria.

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare, Kediri, mengetahui riwayat hidup salah satu pasien yang pernah tinggal di Liberia selama 7 bulan. Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes, Mohammad Subuh, pihak rumah sakit mengambil langkah untuk memasukan pasien ke ruang isolasi.

“Kami hanya mengambil langkah pencegahan. Jika nanti hasil laboratorium mengatakan negatif, maka dia akan dirawat di ruangan biasa,” ujar Subuh ketika dihubungi CNN Indonesia, Minggu (2/11).

Subuh mengatakan, saat ini kondisi keduanya sudah mulai membaik. Ia menegaskan, tidak semua demam tinggi yang dialami oleh orang-orang dari Afrika, didagnosis mengidap Ebola. Bisa jadi itu adalah sakit Malaria atau Demam Berdarah yang masih jadi masalah serius di Afrika, bahkan Indonesia.

Ebola sejauh ini belum terindikasi di Indonesia, salah satu alasannya karena tidak ada penerbangan langsung menuju Indonesia dari Liberia, Guinea dan Sierra Leone. Tjandra menilai, negara di kawasan Eropa dan Amerika lebih berpotensi terserang Ebola karena banyak penerbangan langsung ke sana.

Kemenkes mengklaim telah menyiapkan 105 rumah sakit rujukan untuk menangani pasien Ebola. Rumah sakit ini sebelumnya juga menjadi rujukan untuk menangani kasus Flu Burung.

Kementerian yang dipimpin oleh Menteri Nila Djuwita Farid Moeloek ini juga telah menyiapkan laboratorium di pusat penelitian yang memenuhi standar Bio Safety Cabinet level 3. Ekstraksi virus dilakukan dengan standar Bio Safety Level 3. Dengan standar ini, petugas yang meneliti sama sekali tidak perlu kontak dengan sampel, bahkan tidak ada kontak antara sarung tangan dan sampel.

“Dalam waktu dua hari, kemungkinan Selasa, diagnosis kedua pasien ini bisa keluar hasilnya. Positif atau negatif Ebola,” tutur Subuh.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER