Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sedang melakukan pemeriksaan sampel laboratorium pasien asal Kediri dan Madium, Jawa Timur, yang diduga mengidap virus Ebola.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama mengatakan, sampel laboratorium itu sudah sampai di Balibangkes Kemenkes pada Sabtu malam.
“Hasilnya akan keluar paling lama 48 jam. Lebih cepat lebih baik,” kata Tjandra saat dihubungi
CNN Indonesia, Minggu (2/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampel itu akan diteliti di laboratorium yang telah memenuhi standar Bio Safety Cabinet level 3. Ekstraksi virus dilakukan dengan standar Bio Safety Level 3.
“Dengan standar ini, petugas peneliti sama sekali tidak ada kontak dengan sampel, bahkan tidak ada kontak antara sarung tangan dan sampel,” ujar Tjandra.
Ia mengatakan bahwa belum tentu para pasien itu positif mengidap Ebola. Namun, Kemenkes wajib melakukan pemeriksaan dan melakukan upaya pencegahan. Karena itu, para pasien yang diduga mengidap Ebola harus dirawat dalam ruang isolasi.
Ada empat gejala yang mengarah pada Ebola menurut Tjandra. Pertama, demam yang tak diketahui penyebabnya. Kedua, nyeri otot hebat. Ketiga, gangguan saluran cerna. Terakhir, manifestasi pendarahan.
Saat ini, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pare, Kediri, Jawa Timur, sedang merawat warga berusia 45 tahun yang diduga mengidap virus Ebola. Pasien itu menjalani perawatan khusus di ruang isolasi sejak Jumat, 31 Oktober 2014.
Menurut laporan
detik.com, pria yang tidak disebutkan identitasnya itu datang ke RSUD dengan keluhan panas tinggi dan nyeri pada tenggorokan.
Pasien ini pernah tinggal selama tujuh bulan di Liberia, lalu kembali ke Indonesia pada 26 Oktober 2014. Selain Liberia, epidemi Ebola juga terjadi di Guinea dan Sierra Leone.
Untuk mengetahui secara pasti kondisi pasien, RSUD masih menunggu hasil tes laboratorium yang dilakukan Kemenkes.