Jakarta, CNN Indonesia -- Wanita pilihan majalah
People dan
Glamour tahun ini sungguh tidak biasa. April lalu,
People memajang Lupita Nyong'o sebagai Wanita Tercantik Dunia 2014. Kini, giliran
Glamour menobatkan orang yang sama sebagai Women of the Year 2014.
Baca juga:
Lupita Nyong'o: Women of the Year ala GlamourLupita bukan selebriti Amerika yang tumbuh dalam lingkungan glamor. Perempuan berdarah Kenya itu bahkan pernah minder soal dirinya sendiri. Layaknya keturunan Afrika lain, kulitnya legam, bibirnya tebal, dan rambutnya keriting.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernah saat remaja, Lupita menggonta-ganti warna rambutnya. Bagaimana tidak, ia hidup kelilingi perempuan Barbie. Meski ibundanya terus berkata bahwa Lupita cantik, ia tak mau percaya.
Belakangan, Lupita akhirnya menemukan jati dirinya. Lupita sukses di layar lebar. Ia membawa pulang Oscar, dan melejit lantaran diminta menjadi bintang iklan produk kecantikan.
Karier Lupita mulus. Beberapa kali wajahnya menghiasi sampul majalah. Namun di mata pemerhati budaya, Samuel Mulia kiprah Lupita tidak akan berarti banyak di Indonesia.
"Kita ini bangsa yang enggak pernah menghargai itu. Kita
disrespect. Yang kita hargai itu yang putih, langsing, berambut panjang," kata Samuel saat dihubungi
CNN Indonesia, Kamis (6/11).
Menurut Samuel, dunia tidak akan kaget lagi dengan munculnya sosok Lupita. Katanya, perempuan kelahiran 1 Maret 1983 itu tidak menggebrak dunia kecantikan. Ia hanya repetisi.
Jauh sebelum Lupita, ujar Samuel, sudah ada Iman Abdulmajid, Alek Wek, dan Naomi Campbell. Ketiganya merupakan model berkulit hitam. "Alek Wek itu sangat hitam dan jauh dari cantik. Tapi dia bisa tampil," ujar Samuel menjabarkan.
Karena itu ia menilai, konsep cantik yang dimunculkan People dan Glamour lewat Lupita sejatinya adalah pemikiran kuno. Yang berbeda hanya generasinya, bukan konsep secara utuh.
Tarik ulur rasisme di IndonesiaMelejitnya sosok kulit hitam seperti Lupita, dijamin Samuel belum akan mengubah paradigma di Indonesia. Yang dianggap lebih baik tetap bule.
"Kalaupun berubah, bakal lama sekali. Butuh berpuluh-puluh tahun. Saya enggak percaya dalam lima tahun ke depan bisa berubah," ucapnya yakin.
Sebab, kata Samuel, bangsa Indonesia masih dibayangi budaya konservatif dan tradisional. Dipengaruhi bangsa Barat yang pernah menjajah Indonesia selama ratusan tahun, masyarakat pun menganggap kulit putih jauh lebih baik.
"Padahal konsep itu dari siapa sih? Siapa yang bilang cantik itu harus putih, tinggi, langsing, rambut panjang?" kata Samuel melanjutkan.
Katanya, itu karena Indonesia selalu butuh pengakuan asing. Ia bahkan memastikan, tidak akan ada produk kecantikan Indonesia yang berani menggunakan sosok seperti Lupita sebagai modelnya. Samuel khawatir, produk itu justru tidak akan laku. Model masih lebih utama bule.
Padahal jika melihat di budaya Barat, imbuhnya, kulit putih dan hitam sudah hidup setara.
Samuel juga menampik saat ditanya apakah munculnya Lupita akan mengangkat derajat orang kulit hitam lain, termasuk warga Kenya.
"Saya rasa enggak sampai ke situ ya. Orang Amerika cuma lihat apakah orang ini cantik atau enggak. Tidak sampai apakah mengangkat kekenyaan," ujar Samuel lagi.
Menjawab itu semua, imbuh Samuel, seharusnya masyarakat berpikir cantik adalah dari dalam, bukan soal fisik semata.