Jakarta, CNN Indonesia -- Shelton dan Kopral adalah dua orangutan yang bersahabat. Mereka punya kesamaan, yaitu sama-sama korban kekejaman manusia. Shelton ditemukan terluka parah dengan sembilan peluru bersarang di tubuhnya. Ia harus mengalami kebutaan permanen di mata kanannya.
Sementara, Kopral dulunya menjadi peliharaan manusia yang kerap mengurungnya di kandang. Saat mencoba melarikan diri dengan memanjat tiang listrik, sebagian kaki dan tangannya tersengat listrik. Kedua tangan Kopral harus diamputasi. Dengan kekurangan fisik masing-masing, Shelton dan Kopral ternyata menemukan kecocokan dan akhirnya menjadi sahabat baik.
"Ketika Shelton tiba di pusat rehabilitasi kami, Kopral langsung mengajak main Shelton. Mereka saling menolong dan menjalin persahabatan," kata CEO Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (BOS) Jamartin Sihite yang kerap disapa Martin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan kekejaman manusia bukan hanya menimpa Kopral dan Shelton. Masih banyak orangutan lain yang keadaannya menyedihkan ketika ditemukan Martin. Mayoritas orangutan yang ditemukannya yatim piatu.
"Induk mereka biasanya dibunuh, sementara anaknya diambil untuk dijadikan peliharaan. Terkadang, tangan anak orangutan dipotong supaya bisa dilepaskan dari induknya," tuturnya.
Kecintaan manusia pada orangutan terkadang disalahartikan menjadi tindakan ingin memelihara. Padahal, tempat orangutan adalah di hutan, bukan di rumah penduduk.
"Ketika orangutan menginjak tujuh tahun, ia akan jadi menyebalkan pemeliharanya. Yang betina sudah mulai haid," kata Martin. Ia mengatakan pihaknya sering mendapatkan orangutan yang tidak diinginkan lagi oleh pemiliknya. Pekerjaan rumah setelahnya, menurut Martin, adalah menyekolahkan orangutan agar bisa kembali menjadi liar.
Liar dalam artian dapat bertahan hidup di hutan serta tidak mendekat ke manusia. Sejauh ini, orangutan liar yang ada di Kalimantan dan Sumatera diperkirakan ada 60 ribu. Masih ada orangutan lainnya yang jadi korban perdagangan ilegal atau mendekam di rumah manusia sebagai hewan peliharaan.
Di sekolah orangutan, para orangutan ini diajarkan untuk memanjat pohon, membuat sarang, mengenali makanan di hutan, serta kemampuan bertahan hidup lainnya.
"Setelah kemampuan bertahan hidup itu ada, mereka kemudian dilepaskan ke hutan di pulau yang telah kami siapkan," kata Martin.
Ia mengatakan pihaknya sudah memiliki tiga pulau konservasi orangutan di Kalimatan Tengah. Sementara, di Kalimantan Timur terdapat empat pulau kecil.
"Tidak terlalu besar. Di kalteng sekitar 10-20 hektar, bisa untuk 6-8 orangutan, sedangkan di Kaltim 1-2 hektar," katanya. Orangutan yang telah dilepaskan ke hutan kemudian dipasangi chip untuk dipantau pergerakannya. Harganya, sekitar US$ 300-500 (atau sekitar Rp 3,3 sampai 5,5 juta).
"Tidak murah untuk melestarikan orangutan. Butuh biaya besar, makanya perlu dukungan dari masyarakat juga. Sejauh ini, donatur masih didominasi oleh orang asing," katanya kemudian mengakhiri pembicaraan.