Jakarta, CNN Indonesia -- Jauh sebelum gelegar Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) mengguncang dunia, sudah lebih dulu ada cokelat bermerek ISIS yang diproduksi di Belgia sejak 1923. Namun gara-gara aksi militan nun jauh di Jazirah Arab, cokelat ISIS terpaksa berganti nama menjadi Libeert.
Direktur Ignace Libeert mengatakan, penjualan cokelatnya merosot tajam seiring gencarnya media memberitakan aksi keji militan ISIS. “Biasanya per September, pelanggan mulai memesan cokelat untuk Natal. Tapi sekarang sepi sekali. Ternyata konsumen di Amerika Serikat dan Eropa kesulitan memesan gara-gara nama.”
(Baca juga:
Merawat Ingatan Agar Awet Muda 10-20 Tahun)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semula cokelat ini bernama Italo Suisse. Tak lagi berasosiasi dengan Italia maupun Swiss, lalu berganti menjadi ISIS pada 2013. “ISIS adalah merek untuk cokelat praline dan tablet,” kata marketing manager Desiree Libeert kepada Reuters (6/11). Setiap tahun, perusahaan cokelat ini memproduksi lima ribu ton cokelat.
(Lihat juga:
Ketika Cokelat Disulap Jadi Gaun Cantik)
Imbas lainnya, laman SBS mengabarkan nasib seorang gadis berusia delapan tahun yang mendapat perlakukan driskriminatif gara-gara mengunyah cokelat ISIS. Agustus lalu, sebanyak 38 ribuan penggemar cokelat ISIS di dunia menandatangani petisi online agar media tidak mengaitkan cokelat dengan kelompok militan.
Menurut Patent and Trademark Office di Amerika Serikat, tak kurang 270 produk bernama ISIS. Hingga awal 2015, sejumlah produk bernama ISIS, dari pakaian dalam sampai peranti lunak, mengganti nama lain. “Kami tak ingin bersinonim dengan kekejian,” kata petinggi
mobile wallet ISIS Michael Abbott (3/11).
Sementara itu, kelompok militan ISIS mendeklarasikan diri menjadi Islamic State, sejak Juni lalu. Dalam artikelnya yang dimuat di CNN (15/10), kolumnis Dean Obeidallah menyarankan, “Bila perusahaan atau produk Anda bernama ISIS, tak perlu diganti! Jangan biarkan kelompok teroris mengatur nama bisnis Anda.”