TREN KULINER

Tren Kuliner yang Dianggap Paling Menganggu

CNN Indonesia
Kamis, 06 Nov 2014 11:30 WIB
Di satu sisi, tren kuliner memang bisa membantu merangsang kreativitas para chef dan juga menghilangkan kejenuhan akan makanan yang itu-itu saja.
Ilustrasi jus (Getty Images/Michael Buckner)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak hanya tren fesyen yang kerap berganti setiap tahunnya. Namun dunia kuliner nyatanya juga memiliki trennya sendiri. Di satu sisi, tren kuliner memang bisa membantu merangsang kreativitas para chef dan juga menghilangkan kejenuhan akan makanan yang itu-itu saja. 

Sayang, dalam pelaksanaannya, tak semua tren kuliner bisa sesuai dengan yang diinginkan masyarakat. Ada yang diterima, ada yang tidak. Molekular gastronomi misalnya, teknik memasak ini menggabungkan teknologi, bahan kimia dengan makanan. Di awal kemunculannya, teknik memasak ini membuat banyak pencinta kuliner terpukau karena bentuk penyajian makanan dan proses pembuatan yang tak biasa. Namun seiring tren berganti, gaya memasak ini tak lagi dicari masyarakat Jakarta.

Menurut Huffington Post, ada beberapa tren makanan yang dianggap mengganggu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Detoks jus

Detoks jus ini dikenal dengan metode mengonsumsi cairan untuk memperlambat rasa lapar dan juga membersihkan tubuh. Cara ini dianggap konyol. Sebenarnya Anda tak butuh jus untuk ‘membersihkan’ tubuh.

Tubuh merupakan organ raksasa yang memiliki kemampuan untuk membersihkan diri dari kotoran. Jika Anda melakukan detoks jus untuk menurunkan berat badan, maka siap-siaplah kecewa. Minum banyak jus dan cairan tak akan membantu menurunkan berat badan. Hal ini disebabkan karena selama proses pembersihan, metabolisme tubuh akan bergerak sangat lambat dan lemak pun menumpuk. Sebaliknya, detoks jus ini hanya akan membuat Anda tergila-gila untuk meminumnya.

2. Makanan organik

Sejak beberapa tahun lalu, masyarakat seperti dicuci otak dengan citra makanan sehat adalah makanan organik dari berbagai pertanian dan perkebunan. Tak heran pemasok sayuran memasang label yang menegaskan sayuran tersebut berasal dari perkebunan tertentu demi diburu banyak pembeli.

Jika dipikir-pikir, tren ini agak menganggu karena tentu saja, semua sayuran pasti ditanam di lahan pertanian atau perkebunan. Tentunya, tanaman tidak tumbuh di pabrik, gudang, atau lahan beton perumahan.

3. Memasukkan semua makanan ke dalam mason jar

Mason jar atau toples kaca dengan tutup berwarna keemasan ini kini dialihfungsikan sebagai gelas atau wadah kue. Cake in a jar, cookie in a jar, rainbow cake in a jar, dan lainnya, tampilannya memang terlihat cantik saat dipandang. Kreatif memang.

Namun, sebaiknya tak semua makanan dan minuman harus menggunakan gaya seperti ini. Terlalu tergila-gilanya pada mason jar, sebuah restoran burger di Amerika bahkan menggunakan mason jar sebagai wadah lembar tagihan ke pelanggan. Mungkin ini alternatif yang digunakan pemilik restoran, karena memang burger tak mungkin disajikan dan dimasukkan ke dalam jar. Namun untuk beberapa orang, hal ini dianggap ‘menganggu’.

4. Foodstagrammer

Beberapa restoran memang menyuguhkan aneka makanan dengan tampilan yang menarik, lucu dan menggiurkan. Tak salah kalau Anda terpesona dan ingin mengabadikannya. Tren yang terjadi sekarang ini, banyak orang yang menjadi foodstagrammer alias orang yang gemar memfoto makanan.

Lama-kelamaan foto-foto makanan ini akhirnya menjadi sebuah ajang lomba tak langsung di media sosial. Orang pun berlomba-lomba mengunggah foto makanan yang enak, mahal dan bentuk yang menarik.

Makanan yang seharusnya disantap hangat dan dinikmati, malah menjadi dingin karena terlalu lama difoto sana-sini. ‘Gerah’ juga lama-lama melihat sosial media yang penuh dengan unggahan foto makanan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER