HARI LAJANG

Beragam Alasan Orang Memilih Hidup Melajang

CNN Indonesia
Selasa, 11 Nov 2014 12:46 WIB
Psikolog Roslina Verauli mengatakan ada beberapa alasan mengapa usia menikah, atau yang dalam istilah psikologi disebut social clock, ini mengalami kemunduran.
Ilustrasi perempuan lajang (Getty Images/36clicks)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring perkembangan zaman, menjadi lajang bukanlah takdir atau kutukan melainkan sebuah pilihan. Tak sedikit orang yang memilih lajang karena enggan terikat dalam hubungan pernikahan.

Kepada CNN Indonesia psikolog dari Rumah Sakit Pondok Indah, Roslina Verauli memaparkan adanya perubahan paradigma di masyarakat terkait status lajang itu sendiri.

"Dulu perempuan berusia 20 tahun sudah diminta menikah. Sekarang walau sudah 30 tahun belum menikah juga aman-aman saja," kata ibu yang akrab disapa Vera, Selasa (11/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vera menambahkan ada beberapa alasan mengapa usia menikah, atau yang dalam istilah psikologi disebut social clock, ini mengalami kemunduran. Salah satunya adalah pengaruh dari merebaknya gerakan feminisme baik di dunia maupun di Indonesia.

Gerakan feminisme, menurut Vera, secara tidak langsung menyebabkan usia ketergantungan pada orang tua semakin panjang. Hal ini disebabkan karena semakin banyak orang di usia muda yang ingin terus menuntut ilmu setinggi mungkin.

Pada masa lalu, kebanyakan orang akan berhenti belajar setelah meraih gelar sarjana lalu bekerja kemudian menikah. Saat ini tidak sedikit orang yang memilih untuk melanjutkan studinya hingga ke jenjang yang lebih tinggi daripada menikah.

"Semakin tinggi pendidikan maka usia individu untuk dapat mandiri mengalami kemunduran," ujarnya.

Pemberitaan yang berlebihan terhadap kasus-kasus perceraian juga dipandang menjadi penyebab orang memilih lajang. Kasus perceraian yang terlalu ‘dipamerkan’ membuat pernikahan tak lagi dipandang sebagai upacara yang sakral.

"Orang kemudian beranggapan seolah-olah perceraian itu mudah," ucap Vera.

Vera memaparkan dalam dekade terakhir ini, tingkat kasus perceraian semakin meningkat. Bahkan dari data terbaru yang ia dapat, dari setiap 10 pernikahan ada 1 perceraian setiap tahun. Uniknya, tidak jarang perempuan menjadi individu yang mencetuskan perceraian itu sendiri.

"Tampaknya perempuan semakin independen," kata psikolog yang baru saja membuka tempat praktik pribadinya.

Lebih jauh, Vera menjelaskan persepsi orang terhadap hubungan seksual juga turut berubah di era globalisasi ini. Sudah semakin banyak orang yang mentolerir hubungan seksual sebelum pernikahan. Akibatnya, tidak sedikit yang kemudian beranggapan bahwa hubungan seksual bisa dilakukan tanpa harus melalui jenjang pernikahan.


LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER