PENELITIAN PSIKOLOGI

Membedah Isi Otak Pembunuh Copycat

CNN Indonesia
Senin, 10 Nov 2014 16:51 WIB
Peniru pembunuh didefinisikan sebagai pembunuh yang dimodelkan, termotivasi, dan terinspirasi oleh pembunuh kehidupan nyata yang dilaporkan oleh media.
Ilustrasi foto (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang warga negara Indonesia dimutilasi oleh kekasihnya di Australia. Tak lama berselang ada juga kabar tenaga kerja wanita Indonesia yang dibunuh di Hong Kong oleh seorang bankir Inggris. 

Tokoh fiksi Patrick Bateman juga menarik menjadi perbandingan. Patrick adalah bangkir investasi Wall Street yang juga pembunuh berantai dalam film American Psycho, diangkat dari buku karya Bret Easteon dengan judul yang sama. Ada puluhan kasus lain di mana peniru pembunuh terbukti melakukan aksinya.

Peniru pembunuh menurut Mark Griffiths, psikolog dari Nottingham Trent University, Inggris didefinisikan sebagai pembunuh yang dimodelkan, termotivasi, dan terinspirasi oleh pembunuh kehidupan nyata yang dilaporkan oleh media cetak atau televisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa juga mereka meniru kisah pembunuhan yang digambarkan di dalam buku-buku, televisi, atau film. Istilahnya 'copycat killer' atau peniru pembunuh. Cara pembunuhan ini menurut Mark sudah digunakan selama hampir seratus tahun.

Orang pertama yang dikaitkan dengan peniru pembunuh adalah Jack the Ripper. Penelitian awal oleh para kriminolog berspekulasi bahwa publisitas sensasional di media massa tentang Ripper menjadi inspirasi para peniru pembunuh seperti Ripper.

Selain pembunuhan, kejahatan yang meniru juga berandil pada tindakan merusak lain. Di antaranya, bunuh diri, pembunuh yang melakukan bunuh diri, bunuh diri sekeluarga, atau pembunuhan yang mengamuk.

Tulisan yang paling terkenal tentang topik ini adalah buku Loren Coleman pada 2004 yang berjudul Copycat Effect. Coleman percaya saat kejahatan mengejutkan menerima publisitas media luas, si pelaku akan terkenal.

Dia berpendapat bahwa ketenaran dan kemasyhuran karena reputasi buruk adalah hal yang diterima para pembunuh berantai. Itu menjadi alasan utama mengapa para peniru lakukan kejahatan serupa.

Masukan sederhana lainnya menurut Mark, mereka percaya dengan melakukan kejahatan keji mereka mungkin berakhir menjadi subjek buku atau seolah membuat film sendiri.

Buku Copycat Effect begitu terkenal, bahkan menjadi subyek film thriller Hollywood Copycat pada 1995 yang dibintangi Sigourney Weaver, yang di situ berperan sebagai psikolog kriminal.

Para peniru pembunuh melakukan kejahatannya dengan berpikir semakin mengejutkan dan keji pembunuhan, maka akan semakin layak untuk diberitakan. Ini juga memiliki dampak pada film juga.

Beberapa penonton bioskop ingin melihat pembunuhan yang lebih bejat, gila, dan cara sadis lainnya, seperti yang tersaji lewat film waralaba Saw dan Hostel.

Ada banyak faktor risiko lain yang dikaitkan dengan peniru pembunuh. Laki-laki lebih mungkin menjadi peniru pembunuh daripada perempuan. Banyak peniru pembunuh adalah orang dewasa muda, di bawah usia 30 tahun.

Peniru pembunuh lebih mungkin menderita gangguan kepribadian dari disfungsi sosial dan latar belakang keluarga yang diasingkan.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER