Jakarta, CNN Indonesia -- Kampanye Calvin Klein yang menampilkan model
plus size, Myla Dalbesio, memang menuai banyak kritik. Dengan tinggi badan 180 cm dan ukuran 14 di Inggris, Dalbesio termasuk model berukuran plus size di dunia model.
Kritik pun dituai karena jika ukuran Dalbesio saja dianggap besar, maka bagaimana dengan perempuan lain yang bertubuh lebih besar. Sebuah akun di Twitter menuangkan komentarnya, "Plus size? Saya sudah pasti ekstra plus-plus."
Lihat juga : Iklan Calvin Klein dengan Model 'Gemuk'
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi kritik ini, Dalbesio dalam wawancaranya di sebuah televisi Amerika Serikat mengatakan bahwa dirinya bukanlah model
plus size. Ia mendekskripsikan dirinya sebagai model
inbetweenie. "Kami (model
inbetweenie) tidak terlalu kurus seperti model ukuran nol atau dua, tetapi juga tidak termasuk gemuk untuk masuk kategori
plus size," katanya.
Calvin Klein memakai Dalbesio sebagai model bukan karena segmentasinya yang tertuju pada perempuan berukuran besar, melainkan untuk menunjukkan bahwa produknya bisa dipakai oleh perempuan-perempuan yang bentuk tubuhnya berbeda satu sama lain. Hal itu terlihat dari dipilihnya model lain yang ukuran tubuhnya berbeda dengan Dalbesio, yaitu Jourdan Dunn (ukuran enam) serta Lara Stone (ukuran delapan).
Tren "inbetwennie"Dulu banyak rumah mode menginginkan model bertubuh kurus untuk menjadi dutanya mereka. Tren pun berubah dengan menggunakan model bertubuh besar untuk menghilangkan kecemburuan pada si tubuh kurus.
Namun, kini, seperti dikatakan Dalbasio, tren model berkembang ke arah
inbetweenie. Model yang termasuk dalam kategori ini mulai banyak dipakai dalam dunia fesyen. Ukuran tubuh sedang ini dianggap sebagai ukuran tubuh yang normal dan sehat. Tren ini terjadi sebagai jawaban atas keinginan publik untuk melihat wujud perempuan bertubuh normal di poster iklan busana. Ukuran tubuh sedang atau normal ini dianggap lebih sesuai dengan wujud tubuh perempuan "di dunia nyata."
Menurut penelitian 2012 yang dilakukan di Cambridge University, perempuan cenderung memutuskan membeli produk ketika melihat model yang punya kesamaan dengannya, dalam hal usia, ukuran, dan ras.
Calvin Klein bukanlah satu-satunya label yang menampilkan model
inbetweenie sebagai jawaban atas permintaan publik untuk melihat perempuan "normal" di dunia iklan. Pada 2012, Ralph Lauren mempekerjakan Robyn Lawley, model berukuran 12 (ukuran Inggris) yang dijuluki ratu inbetweenies. Begitu pula dengan H&M yang menggunakan Jennie Runk, yang juga berukuran 12, sebagai model untuk kampanye pakaian renang plus size. Minggu ini, American Vogue dikabarkan mengikuti langkah tersebut.
Di sisi lain, Sarah Watkinson, direktur agensi model
plus size mengatakan popularitas model
inbetweenie sedang meningkat. "Sekarang ukuran tidak lagi jadi prioritas. Mereka lebih mementingkan agar citra yang ditampilkan adalah orang yang sehat, dan model
inbetweenie sering kali jadi jawaban," katanya.
Namun masih menjadi pertanyaan apakah model
inbetweenie akan benar-benar membawa perubahan dalam hal keberagaman di dunia fesyen.