Jakarta, CNN Indonesia -- Asimilasi budaya Tiongkok dengan Indonesia tercermin dalam fesyen gaya peranakan. Salah satu fesyen peranakan yang terkenal adalah kebaya encim. Kata Encim berasal dari 'Enci', yang artinya perempuan Tionghoa yang telah menikah. Kebaya ini sering kali dipakai oleh perempuan Tionghoa yang hidup di daerah Jawa, seperti Semarang, Lasem, Tuban, Surabaya, Pekalongan, dan Cirebon.
Dalam Konvensi Internasional Baba Nyonya ke-27, tujuh desainer Tanah Air yang terdiri dari Poppy Dharsono, Itang Yunasz, Samuel Wattimena, Afif Syakur, Geraldus Sugeng, Vielga Wennida, dan Hendy Wijaya menampilkan koleksi busananya masing-masing dengan mengusung tema Peranakan. Pergelaran busana ini dilaksanakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta, Sabtu (29/11).
Vielga Wennida dari Roemah Kebaya, Poppy Dharsono dan Afif Syakur memilih mengembalikan popularitas kebaya lewat sentuhan tangan dinginnya. Vielga masih mengangkat kebaya encim yang menjadi ciri khasnya. Warna-warna cerah ditampilkan dalam koleksi kali ini, yaitu merah muda, kuning, ungu, oranye, biru, serta hijau. Motif yang banyak ditonjolkan adalah motif bunga dan burung merak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda halnya dengan koleksi Poppy Dharsono. Desainer yang telah membangun bisnis fesyen sejak tahun 1977 ini menampilkan kebaya-kebaya berwarna hitam dan putih. Namun kebayanya ditampilkan dengan menambahkan detail kerah shanghai. Gaun-gaun shanghai dengan siluet yang memeluk tubuh ini juga dihadirkan sebagai koleksi peranakannya.
Poppy juga menampilkan kebaya longgar yang dipadukan dengan celana panjang dengan bahan yang longgar. Ada pula kebaya putih yang dipadukan dengan rok panjang dengan model lapis tumpuk. Selain itu, ia juga berkerasi dengan luaran yang transparan yang dipermanis dengan detail renda.
Koleksi kawin silang peranakan dengan lokal juga digarap oleh Afif Syakur. Desainer yang sering melakukan kombinasi budaya Yogyakarta dan Pekalongan ini menampilkan beragam gaya kebaya bermodel kutu baru. Kebayanya menampilkan ciri khas kebaya peranakan, nasional, dan Jawa. Kebaya kutu baru dengan selendang batik diletakkan di antara kedua lengan. Afif menampilkan kebaya berwarna putih gading, cokelat, merah, serta hijau telur asin.
Tak hanya kebaya encim karya Itang Yunasz |
Budaya peranakan dalam dunia fesyen telah berkembang. Budaya Peranakan bukan hanya dapat ditunjukkan dengan tampilan kebaya encim saja. Tengok saja busana peranakan karya desainer Geraldus Sugeng, Hendy Wijaya, Samuel Wattimena dan Itang Yunasz.
Dibanding memaksakan diri untuk menjadi "desainer kebaya dadakan", mereka mengolah nuansa peranakan untuk dikreasikan dalam berbagai busana-busana yang menjadi ciri khas mereka.
Geraldus Sugeng memilih lebih banyak bermain dengan teknik print. Nuansa peranakan digambarkannya lewat motif print yang dihadirkannya. Ia terinspirasi dari kebudayaan Tiongkok tempo dulu. Beragam gaun berukuran besar menampilkan print bergambar burung bangau, harimau, serta ikan koi. Agar nuansa peranakan lebih terasa, ia memadukannya dengan aneka palet warna cerah, yaitu merah, oranye, serta merah muda.
Gaun-gaun dengan warna yang sedikit gelap namun glamor dihadirkan oleh desainer Hendy Wijaya. Ia menampilkan koleksi gaun-gaun malam yang didominasi warna merah, hitam, emas, perak, dan persik. Desainnya penuh kaya akan payet dan dipermanis dengan pita di punggung. Gaun rancangannya berdetail backless dan memiliki belahan tinggi pada bagian paha dan betis.
Keindahan porselen Tiongkok dengan dominasi warna biru dan putih menjadi inspirasi tersendiri bagi Itang Yunasz. Itang menawarkan sebuah ide lain untuk busana muslim yang bernuansa peranakan. "Saat berkunjung ke rumah tetangga, saya lihat ada porselen Tiongkok. Dari situ, langsung muncul inspirasi," kata Itang saat kepada CNN Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (29/11).
Koleksinya yang semuanya didominasi warna biru ini menampilkan motif oriental, seperti bunga peony dan lingkaran yang biasanya ada di porselen. Unsur Peranakan juga terlihat dari detail kerah Shanghai serta bentuk kancing khas baju Tiongkok tempo dulu.
Koleksi yang paling berbeda ditawarkan oleh Samuel Wattimena. Desainer busana pria ini menampilkan koleksi busana pria dengan menggunakan tenun Bali. Unsur Peranakan tampil dalam berbagai siluet serta komposisi campur motif. Samuel merancang busana bagi pria yang berani tampil beda. Pria tidak lagi hanya mengenakan celana, tetapi juga baju panjang dan jubah panjang khas lelaki Tiongkok tempo dulu. Warnanya pun tak lagi terbatas warna gelap. Ia menghadirkan koleksi warna dari merah, hijau, kuning, ungu, sampai biru.