Jakarta, CNN Indonesia -- Sepanjang sejarah, selalu ada kisah penyintas atau
survivor dari kecelakaan pesawat terbang. Mereka biasanya dianggap mengalami keajaiban dengan terhindar dari kematian, meski harus menjalani proses pemulihan yang seringkali tidak mudah juga.
Rasa duka cita yang mendalam, perasaan bersalah mengapa jadi seorang penyintas, stres pasca traumatik dan perhatian media yang kadang berlebihan, hanya sebagian dari tantangan yang harus dihadapi para penyintas.
Berikut 6 kisah para penyintas kecelakaan pesawat yang dihimpun laman
topcounselingschool yang berhasil bangkit dari luka dan dukanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Alexander SizovPada 7 September 2011, pesawat Yakovlev Yak-42, pesawat jet berpenumpang berangkat dari Bandara Tunoshna, Rusia. Rencananya pesawat itu akan berangkat ke Minsk dengan membawa tim hoki es, Lokomotiv Yaroslavl.
Pesawat jatuh setelah mengalami masalah yang tak bisa dikendalikan oleh pilot. Pesawat membawa 45 penumpang sekaligus kru pesawat itu jatuh di tepi sungai Tunoshna.
Dua orang berhasil ditarik keluar dari puing pesawat meski kemudian hanya seorang yang bertahan hidup. Sang penyintas adalah ahli mesin pesawat, Alexander Sizov. “Ini adalah keajaiban yang menyelamatkanku. Cinta keluarga dan istriku membuatku bertahan.”
2. James Polehinke“Semua yang saya ketahui adalah hal yang wajar sebelum 27 Agustus kini terasa tak normal lagi. Segalanya telah berubah,” kata James Polehinke di tahun 2012 dalam film dokumenter
Sole Survivor.
Pada tahun 2006, Polehinke adalah co-pilot di Comair Flight 5191 dari Lexington, Kentucky ke Atlanta, Georgia. Pilot Kapten Jeffrey Clay tanpa sengaja salah mengambil arah sebelum menyerahkan kendali kepada Polehinke. Kesalahan ini berujung pada jatuhnya pesawat. Dari 50 penumpang, 49 meninggal, hanya Polehinke seorang yang hidup. Polehinke sempat disalahkan sebelum ada penyelidikan, padahal dia sendiri mengalami cedera otak. Polehinke sembuh dan namanya dipulihkan setelah penyelidikan menemukan fakta sebenarnya.
3. Erika DelgadoPada 11 Januari 1995, Intercontinental de Aviación Flight 256 meledak dan jatuh di rawa-rawa defat Maria La Baja dalam perjalanan ke Cartagena, Kolombia. Erika Delgado, berusia 9 tahun saat itu terlempar dari pesawat, dan mendarat di kolam berisi tanaman air yang menahan jatuhnya. Meski lokasi gelap gulita teriakan dan tangisan Erika berhasil jadi petunjuk tim pencari.
Korban meninggal dalam kecelakaan itu mencapai 51 orang termasuk orang tua dan adik Erika. Selama Erika di rumah sakit sahabatnya Diana Carolina Hincapie selalu menemani. Diana jadi kunci pemulihan Erika, kata psikolog Juanita Gempeler.
4. George Lamson Jr.Pada 21 Januari 1985, pesawat Galaxy Airlines Flight 203 jauh di Reno, Nevada tak lama setelah take off. George Lamson, Jr., (17) terlempar dari pesawat, masih terikat dibangkunya dan ajaibnya jatuh dalam posisi tegak. Dia sempat membebaskan diri dan berlari ke pemukiman saat pesawat meledak.
Dua orang lain, termasuk ayah Lamson, berhasil diselamatkan, namun meninggal beberapa minggu kemudian, hingga korban tewas total mencapai 70 orang.
“Ini pengalaman yang luar biasa tapi juga ngeri, karena kau jadi terus berpikir, ‘astaga, saya diberkati Tuhan dan tetap hidup. Saya sadar orang-orang meninggal dan saya sendiri yang hidup, saya merasa kesepian. Biasanya saya bicara pada ayah, tapi dia pun kini tiada,” kata Lamson. Dia perlu 25 tahun untuk pulih dari traumanya. “Namun kejadian ini rasanya akan terus ada sepanjang hidupku.”
5. Ruben van AssouwPada 12 Mei 2010, Afriqiyah Airlines Flight 771 meledak saat hendak mendarat di Tripoli, Libya. Ruben van Assouw (9) adalah satu-satunya penyintas dari 103 penumpang dan kru termasuk juga kedua orang tua dan seorang saudaranya.
Ruben yang berasal dari Belanda itu mengalami retak tulang kaki dan dirawat di rumah sakit di Libya dan kemudian di Netherlands. Paman dan bibi yang merawatnya mengatakan Ruben terlihat cukup baik menghadapi bencana.
“Bahkan dia minta kembali ke Libya setelah pulih untuk mengetahui apa yang terjadi. Tapi kami tak mengizinkannya,” kata pamannya. Melindungi penyintas dari paparan media dan memberi mereka waktu untuk pulih juga sangat penting.
6. Bahia BakariBahia Bakari mash remaja ketika jadi penumpang di Yemenia Flight 626 jenis Airbus A310-324, yang jatuh di Samudra Hindia pada 30 Juni 2009. Bahia tak ingat betul kejadiannya, namun kecelakaan itu telah menewaskan 152 orang dari 153 penumpang, termasuk ibu Bahia. Bahia jadi satu-satunya yang selamat.
Ajaibnya Bahia, warga Perancis itu bukan perenang yang baik dan tidak mengenakan jaket penyelamat. Dia hanya berpegang pada satu potongan pesawat selama 13 jam. Saat diselamatkan, Bahia dikelilingi oleh tubuh korban tewas yang mengambang di air. Meski mengalami hipotermia, Bahia hanya mengalami luka ringan selain retak tulang selangka.
Namun luka psikologis dialami Bahia cukup berat. Terutama saat mengingat kematian ibunya. “Tiap kali ingat ibuku, saya menangis,” kata Bahia seperti dikutip film dokumenter
Sole Survivor. Jadi penyintas sendirian dari kejadian besar juga bukan perkara mudah. Kemampuan Bahia untuk bertahan teruji lagi saat dia kembali ke sekolah. “Teman-temanku sering berbisik-bisik tentangku. Mereka juga tak berani mendekatiku,” katanya.
(utw/mer)