Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengobati insomnia yang terjadi pada orang yang depresi secara dramatis akan meningkatkan pemulihan depresi yang mereka alami.
Penelitian yang disponsori oleh National Institute of Mental Health ini didedikasikan untuk menambah pemahaman tentang hubungan dari depresi akibat tidur yang terganggu. Penelitian ini menggunakan terapi CBT-I, sebuah terapi perilaku kognitif untuk insomnia. CBT-I adalah bentuk terapi bicara yang dirancang khusus untuk mengatasi gangguan tidur.
Pasien akan bertemu dengan terapis secara teratur, mereka mengidentifikasi masalah, emosi, dan perilaku yang dapat menghambat tidur mereka. Dalam penelitian ini mereka juga mempelajari keterampilan dan rutinitas yang dirancang untuk meningkatkan kualitas tidur. Beberapa strategi untuk meningkatkan kualitas tidur yang dilakukan, yaitu menerapkan waktu tidur dan bangun yang teratur, mengembangkan kebiasaan kesehatan tidur, latihan relaksasi dan visualisasi, menghindari tidur siang, menggunakan pembatasan tidur untuk menghindari jangka waktu yang lama dihabiskan di tempat tidur dan saat terjaga, serta membuat buku harian tidur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuan penting dari dilakukannya CBT-I adalah untuk mengurangi kecemasan dan stres yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk tertidur dan tidur nyenyak.
CBT-I memiliki beberapa keuntungan. Pengobatan dengan cara ini relatif murah. Terapinya pun jangka pendek dan tidak berlangsung terus-menerus. Setelah pasien menerima bantuan yang mereka butuhkan untuk mengubah pendekatan mereka untuk tidur, mereka dapat menghentikan terapi dan tetap terus tidur dengan nyenyak. CBT-I tidak melibatkan penggunaan alat bantu tidur atau resep tertentu. Sebuah badan penelitian menunjukkan bahwa CBT-I bisa menjadi pengobatan yang sangat efektif untuk insomnia, bahkan ketika gangguan tidur terjadi dengan adanya kondisi penyakit atau kesehatan lain. Studi ini juga menunjukkan bahwa terapi tidur bekerja lebih baik daripada obat tidur.
Hasilnya, di antara 66 pasien yang mengalami insomnia dan depresi yang menerima empat minggu terapi CBT-I untuk meringankan insomnia mereka, 87 persen dari mereka merasakan gejala depresi mereka hilang setelah delapan minggu pengobatan. Oleh karena itu, terapi tidur mungkin sebenarnya dapat secara signifikan meningkatkan tingkat pemulihan bagi orang-orang dengan depresi.
Sebenarnya, hubungan antara tidur dan depresi begitu rumit. Ilmu penelitian baru sekadar memahami bagaimana dua hal tersebut saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Setelah insomnia dan kesulitan tidur lainnya dianggap hanya sebagai akibat dari depresi, gangguan tidur kini semakin dianggap mempunyai kontribusi terhadap depresi itu sendiri.
Memang benar bahwa depresi dapat mengganggu tidur. Tapi hubungan antara tidur dan depresi sekarang umumnya dianggap sebagai bi-directional, artinya masing-masing kondisi dapat memengaruhi satu sama lain. Sebuah badan penelitian menunjukkan bahwa insomnia dan bentuk-bentuk lain dari tidur yang terganggu meningkatkan risiko depresi dan gangguan suasana hati lainnya secara signifikan. Tidur yang tidak teratur ternyata meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan pasien depresi. Dan penelitian menunjukkan bahwa kehadiran masalah tidur dapat mengurangi efektivitas pengobatan depresi setelah didiagnosa.
(mer/mer)