Jakarta, CNN Indonesia -- Pembicaraan seputar seks selalu dianggap tabu. Akhirnya, banyak orang yang mengalami masalah seksual enggan berkonsultasi ke dokter. Namun, dari semua pasien yang memberanikan diri, berikut gangguan seksual yang paling sering dikeluhkan.
“Pada pria yang paling dikeluhkan adalah disfungsi ereksi dan ejakulasi dini,” kata Andri Wanananda, dokter yang tergabung dalam Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI), saat ditemui CNN Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta, Rabu (14/1).
Berdasarkan kasus yang ditangani Andri, pria dengan masalah seksual yang datang kepadanya rata-rata berusia lebih dari 50 tahun. Yang termuda adalah usia 40 tahun. Kebanyakan dari mereka datang dengan keluhan disfungsi ereksi yang dipicu oleh penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, dan diabetes atau kencing manis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau ejakulasi dini kebanyakan karena belum beradaptasi. Misal pada pengantin baru yang belum terbiasa berhubungan seks. Itu harus dilatih, seperti orang belajar sepeda,” katanya.
Sedangkan pada perempuan, masalah seksual yang paling dikeluhkan adalah vaginismus dan ketidakmampuan orgasme (frigid).
Vaginismus adalah suatu keadaan di mana lingkaran otot-otot yang mengelilingi vagina mengalami kejang. Hal ini menyebabkan lubang vagina menjepit terlalu kuat. Kondisi tersebut menjadi masalah ketika melakukan penetrasi. Penis sulit, bahkan mustahil, bisa menembus lubang vagina. Perempuan yang mengalaminya juga akan merasa nyeri tiap kali melakukan hubungan seksual.
Vaginismus berhubungan dengan kelainan disfungsi seksual. Penyakit bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti trauma seksual, faktor psikologis, riwayat ketika berhubungan seksual, atau adanya gangguan fisik pada sistem saraf.
“Biasanya karena kurangnya
foreplay atau si perempuannya tegang,” kata dokter kelahiran Bogor, 3 September itu.
Sementara frigid adalah ketidakmampuan perempuan merasakan puncak kenikmatan seksual atau orgasme. Kondisi ini bisa terjadi karena adanya trauma psikis, seperti pada perempuan korban pelecehan. Namun, bisa juga terjadi karena adanya gangguan fisik yang melibatkan saraf dan sumsum tulang belakang.
“Tapi kebanyakan kesalahan pada suami karena tidak tahu zona erotik di tubuh istri,” ujar Andri.
(mer)