KULINER SEHAT

Meluruskan Mitos Mi Instan

Windratie | CNN Indonesia
Senin, 19 Jan 2015 10:45 WIB
“Sebagai makanan tambahan ok, jangan jadikan sebagai makanan utama sebab gizinya tidak mencukupi.”
Ilustrasi mi instan (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mi instan merupakan salah satu makanan paling favorit orang Indonesia. Bisa dibilang, hampir semua orang Indonesia pernah merasakan mi instan. Makanan mi olahan ini kerap dijadikan persediaan di rumah-rumah.

Saat ini berbagai merek mi instan menawarkan berbagai variasi rasa untuk memikat para penggemarnya. Lidah konsumen semakin dimanjakan oleh beragam olahan rasa, dari makanan khas nusantara sampai makanan khas negara lain.

Menyantap mi instan tak jarang membuat ketagihan. Sudah lama kita diperingatkan akan bahaya menyantap mi instan. Namun, tetap saja kita selalu memiliki alasan untuk kembali menyantapnya. Sudah seperti itulah kira-kira orang Indonesia terikat dengan mi instan. Adakah batas toleransi menyantap mi instan?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian besarnya kabar negatif tentang mi instan, Ari Fahrial, dokter spesialis penyakit dalam sub spesialis pencernaan menganjurkan menyantap mi instan dalam tahap moderat. Fahrial tak menganjurkan mi instan untuk disantap sebagai makanan utama. “Sebagai makanan tambahan ok, jangan jadikan (mi instan) sebagai makanan utama sebab gizinya tidak mencukupi,” kata Ari saat dihubungi oleh CNN Indonesia.

Dijelaskan olehnya, mi instan hanya mengandung karbohidrat, meskipun juga terdapat lemak pada minyak mi instan. “Nutrisinya tetap tidak terpenuhi jika hanya menyantap mi instan saja,” ucap Ari menambahkan.

Mi instan pernah pula dikabarkan mengandung zat lilin yang berbahaya jika menempel di usus. Apa sebetulnya yang terjadi saat mi instan berada diproses di dalam tubuh? Ari meluruskan bahwa mi instan akan diproses sama seperti halnya makanan lainnya. “Orang dengan sakit mag, karena mi instan mengadung ragi maka akan membuatnya magnya kambuh, demikian halnya dengan lada pada bumbu mi instan yang dapat memicu magnya kambuh.”

Oleh sebab itu, sebagai makanan utama mi instan perlu untuk diperhitungkan. “Jika kalori pada sebungkus mi instan 300 kalori, dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan kalori masing-masing orang yang berbeda berarti harus menyantap tiga bungkus mi instan, tanpa makanan yang lain.”

Untuk memenuhi kalori yang dibutuhkan tubuh maka diperlukan makanan tambahan lain, seperti telur sebagai asupan protein. Sayuran seperti sawi atau tomat juga bisa ditambahkan sesuai selera untuk memberikan asupan serat dan nutrisi baik lain.

Beberapa orang disarankan oleh Ari tak boleh sembarangan menyantap mi instan. “Orang-orang yang menderita hipertensi sebaiknya membatasi mi instan karena mengandung garam yang tinggi. Juga untuk mereka yang menderita mag karena kandungan ragi pada proses pembuatan mi,” ucap Ari.  


(win/mer)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER