Jakarta, CNN Indonesia -- Sayangnya, pada populasi yang gemar makan dan kurang berolahraga dewasa ini, memberi tahu informasi kalori sepenuhnya bukan cara terbaik. Jika ingin menurunkan berat badan, maka Anda harus menantang keinginan naluriah.
Menolak roti putih yang lembut, menggantinya dengan roti gandum kasar. Tidak mengonsumsi keju olahan dan mendukung keju alami. Menolak sayuran yang dimasak dan mendukung sayuran mentah.
Untuk melakukan hal tersebut, akan jauh lebih mudah jika label makanan memberikan nasihat tentang berapa kalori yang akan kita simpan dengan mengonsumsi makanan yang sedikit diproses.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama beberapa dekade ada semacam 'panggilan' untuk komite dan institusi terhormat mereformasi sistem menghitung kalori. Namun, usulan tersebut gagal dilaksanakan.
Masalah terletak pada kurangnya informasi. Para peneliti sulit memprediksi dengan tepat berapa banyak kalori ekstra yang diperoleh ketika kita mengonsumsi makanan proses tinggi. Sebaliknya, mereka mudah menunjukkan bahwa makanan yang dapat dicerna sepenuhnya akan menghasilkan jumlah tertentu kalori.
Oleh sebab itu, label makanan menghadapi pilihan antara dua sistem yang keduanya tidak memuaskan.
Dilansir dari laman Independent, pilihan pertama memberikan jumlah pasti kalori tetapi tidak memperhitungkan efek makanan yang diolah. Sehingga dapat menyesatkan orang terhadap apa yang sebenarnya tubuh kita panen dari makanan tersebut.
Yang kedua, memperhitungkan pengolahan makanan, tapi tanpa jumlah yang tepat.
(Baca juga:
Yang Disembunyikan dari Label Makanan)
Dihadapi oleh pilihan sulit tersebut, setiap negara memilih mengabaikan efek pengolahan makanan. Hasilnya, konsumen pun menjadi bingung. Label memberikan jumlah kalori yang mungkin terlalu tinggi pada makanan yang tidak diolah.
Label makanan mengabaikan hasil dari proses pencernaan, seperti kerugian hilangnya bakteri dan energi yang dipakai ketika mencerna.
Menghitung kalori dengan benar penting dilakukan. Masyarakat yang sehat perlu pendidikan lebih tentang bagaimana kita menyiapkan makanan untuk menahan laju berat badan masing-masing. Dengan demikian, perlu ada upaya ilmiah untuk mengetahui efek dari pengolahan makanan.
(win/mer)